Rabu, 31 Oktober 2012

Rupiah Makin Tak Ada Harganya, Ayo Beralih ke Dinar-Dirham, Ini Fakta & Alasannya

Uang Emas & Perak, Dinar & Dirham
Tanggal 30 Oktober adalah Hari Oeang Republik Indonesia yang ke-66.
Dalam pasal 1 Undang-Undang tentang pengeluaran Uang Republik Indonesia (1) Undang-Undang Nomor 17 tahun 1946 disebutkan 10 rupiah sama dengan 5 gram emas. Berarti 1 gram emas = 2 rupiah. Sekarang, 66 tahun kemudian, 1 gram emas sama dengan kira-kira 600.000 rupiah, berarti uang rupiah sudah menyusut menjadi 1/300 nya.
Sejak krisis moneter tahun 1997 dan krisis ekonomi-politik tahun 1998 lahir slogan “AKu Cinta Rupiah”. Slogan ini digembar-gemborkan oleh Presiden Soeharto dan kroni-kroninya yang menyimpan tabungan dalam bentuk dollar dan property. Sebuah ironi bukan? Sekarang mari kita lihat fakta sebenarnya apa yang terjadi.
Fakta pertama:
Sebelum krisis moneter 1997 terjadi harga telur ayam di Jakarta adalah Rp 2.000/kg. Namun beberapa bulan setelahnya nilai rupiah terhadap dollar merosot seperempatnya (dari Rp 2.500 menjadi Rp 10.000 per USD), harga telur menjadi Rp 7.500/kg. Dan pada awal 2005, harga telur Rp 8.000/kg.
Maka, selama kurun 8 tahun, nilai rupiah (nilai berdasarkan daya belinya) telah turun tinggal 25%-nya. Jadi jika kita memiliki Rp 100.000 pada 1997 kita bisa membeli 50 kg telur. Pada 2005 uang yang sama hanya bisa untuk membeli 12,5 kg telur saja. Pada bulan Desember 2011 dgn Rp 100.000 hanya bisa membeli5,9 kg telur (1 kg telur ayam harganya Rp 17.000). Uang rupiah makin tidak ada harganya.
Fakta Kedua:
Ketika awal kuliah tahun 1991 saya beli 1 porsi nasi goreng atau warteg Rp 800. Sekarang 1 porsi nasi goreng atau warteg harganya Rp 8.000, berarti setelah 20 tahun nilai rupiah sudah menyusut menjadi 10%-nya.
Fakta Ketiga:
Tahun 1982 ayah kami membeli rumah di Cengkareng Jakarta Barat seharga Rp 15 juta. Pada 2003 kami menjual rumah yang sama (padahal yang ditaksir dandijual hanya tanahnya) seharga Rp 150 juta. Berarti dalam 21 tahun nilai rupiah sudah menyusut tinggal 10%-nya.
Fakta Keempat:
Sekitar tahun 1965 (sebelum krisis ekonomi) ayah saya meminjamkan uang kepada saudaranya sebesar Rp 1 juta. Setelah ribut sana ribut sini tahun 1985 dibayar sama saudaranya sebesar Rp 1 juta juga.
Ayah saya merasa tak adil karena uang 1 juta pd tahun 1965 bisa untuk membeli rumah, sementara uang 1 juta pada tahun 1985 tidak bisa untuk membeli rumah.
Coba kalau ayah saya meminjamkan misalnya 5 kambing, nanti kalau utang dibayar dalam bentuk 5 kambing juga pada tahun 1985, maka akan terjadi keadilan.
Nah, 5 kambing itu sama dengan 5 Dinar. Nilai berdasarkan daya beli 5 dinar akan tetap sama dengan 5 kambing. Maka di sini tidak perlu membungakan uang(riba) tapi akan tetap berkeadilan. Oh, indahnya Islam… Uang dinarnya juga tetap akan cukup untuk membeli rumah.
Ini dalil bahwa 1 dinar selalu cukup untuk membeli 1 kambing:
”Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata: ‘Sayamendengar penduduk bercerita tentang ’Urwah, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan uang satu Dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau; lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu Dinar. Ia pulang membawa satu Dinar dan satu ekor kambing. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah membeli tanah pun, ia pasti beruntung’,” (HR Bukhari).
Fakta Kelima:
Awal 1970-an 1 dinar (emas 4,25 gram 22 karat) kira-kira Rp 8.000. Pada tanggal 26 Desember 2011, 1 dinar = Rp 2.237.555, setelah kira-kira 40 tahun harga dinar meningkat 279,7 x lipat berarti rupiah menyusut tinggal 1/279,7-nya atau tinggal 0,3%-nya.
Setelah melihat fakta-fakta di atas maka kita akan beralih ke mana? Ke dollar Amerika? Dollar Amerika pun sudah terkena inflasi berkali-kali selama puluhan tahun. Jadi kita beralih ke apa?
Ada mata uang yang tidak terkena inflasi bukan hanya puluhan tahun, bahkan selama 1400 tahun lebih pun mata uang ini terbukti tidak terkena inflasi. Lihat hadits di atas 1 dinar selalu cukup untuk membeli 1 kambing. 1400 tahun lebih kemudian 1 dinar (per 26 Desember 2011 = Rp 2.237.555), cukup untuk membeli 1 kambing yang sangat besar dan gemuk sekalipun.
Berarti dinar tidak terkena inflasi. Dirham juga. 1 dirham selalu cukup untuk membeli 1 ayam. Setelah 1400 tahun lebih 1 dirham (per 26 Desember
2011 = Rp 72.000) cukup untuk membeli 1 ayam.
Subhanallah. MASIH MAU PEGANG RUPIAH atau mata uang lainnya? Ayo beralih ke dinar-dirham!SALAM ONLINE.COM:

SBY Menjadi Panglima Perang Salib Berkedok Perang Melawan Terorisme



Ketua DPP FPI, Munarman, SH mengungkapkan bahwa pemberian gelar Knght Grand Cross yang berarti Ksatria Salib oleh Ratu Elizabeth II kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, merupakan bentuk nyata bahwa SBY secara resmi menjadi penglima perang Salib untuk memerangi umat Islam di Indonesia.
Menurut Munarman, pemberian gelar tersebut membuktikan bahwa SBY adalah sekutu utama dalam memerangi Islam di masa kini.

“Pemberian gelar Knight Grand Cross kepada SBY, membuktikan bahwa SBY di mata keturunan musuh Syuhada Shalahuddin Al Ayubi adalah sekutu utama mereka dalam memerangi Islam pada masa kini,” ungkapnya kepada voa-islam.com, Selasa (30/10/2012).
...Pemberian gelar Knight Grand Cross kepada SBY, membuktikan bahwa SBY di mata keturunan musuh Syuhada Shalahuddin Al Ayubi adalah sekutu utama mereka dalam memerangi Islam pada masa kini

Untuk itu umat Islam harus sadar bahwa perang Salib yang dipimpin raja Richard terhadap Shalahuddin Al Ayyubi terus berlangsung hingga kini dalam berbagai bentuk.

“Umat Islam harus sadar bahwa perang abadi antara raja Richard yang bergelar The Lion Heart (biasa disebut Richard The Lion Heart dari Inggris) beserta sekutunya dan Syuhada Shalahudin Al Ayyubi, sampai saat ini terus berlangsung dalam berbagai bentuk,” jelasnya.

Hal tersebut bisa dilihat dari berbagai sisi, diantaranya perang ekonomi, budaya, IPTEK, termasuk perang fisik pada hakikatnya terus berlangsung terhadap umat Islam di berbagai belahan dunia.

“Mulai dari perang ekonomi, perang budaya, perang informasi, perang ilmu pengetahuan dan bahkan perang fisik yang sudah terjadi di Afghan, Irak, Palestina dan berbagai belahan dunia lainnya,” sambungnya.
...Bahkan di Indonesia perang fisik tersebut mengambil bentuk dan tema perang terhadap terorisme, yang hakekatnya adalah lanjutan dari perang Salib pada masa lalu

Bahkan menurut Munarman, perang Salib di Indonesia mengambil bentuk perang terhadap terorisme.

“Bahkan di Indonesia perang fisik tersebut mengambil bentuk dan tema perang terhadap terorisme, yang hakekatnya adalah lanjutan dari perang Salib pada masa lalu yang dipimpin oleh Raja Richard dan Ksatria Salib lainnya yang bergelar Knight Templar,” imbuhnya.

Oleh sebab itu, ia mempertanyakan tokoh-tokoh Islam di sekitar SBY, apakah mereka tak sadar jika pemberian gelar Knight Grand Cross berarti SBY telah resmi diangkat sebagai komandan tempur perang Salib untuk memerangi Islam.

“Jadi kalau SBY mendapat gelar Knight Grand Cross, maka itu artinya dia diangkat secara resmi sebaga komandan tempur pasukan Salib di Indonesia. Sadarkah tokoh-tokoh Islam yang ada di lingkungan SBY makna dari gelar ini?” ujarnya.

Seperti diberitakan, penghargaan Knight Grand Cross in the Order of The Bath sebelumnya sudah pernah diberikan juga kepada sejumlah pemimpin negara lain, seperti Presiden Amerika Serikat Ronald Reagen, Presiden Prancis Jaques Chirac, dan Presiden Turki Abdullah Gull.

Penghargaan itu disebut-sebut sebagai penghargaan tertinggi dari Order of the Bath yang dulu dikenal dengan The Most Honourable Military Order of The Bath, penghargaan dalam bidang kemiliteran.(voa-islam.com)

SBY Terima Gelar "Ksatria Salib Agung", Dinilai Tak Ada Makan Siang Gratis!


 

Kabar bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan menerima penghargaan menerima gelar ‘Knight Grand Cross in the Order of Bath’ yang artinya 'Ksatria Salib Agung dinilai hanya akan melukai hati perasan umat Islam. SBY yang sebelumnya menggagas Protokol Anti Penistaan Agama dinilai tidak konsisten oleh Farid Wadji ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
“Penghargaan itu jelas memiliki kepentingan untuk menyetir SBY, tidak ada makan siang yang gratis itu suatu hal yang semua orang sudah paham,” jelas Farid di sela-sela aksi damai peduli Rohingya yang digelar HTI di depan Kedutaan Besar Myanmar, Rabu (31/10/2012).
Selain itu Farid menilai luka umat ini semakin teriris-iris karena pemberian penghargaan itu bersamaan dengan tragedi Rohingya dan serangan pemerintahan Bashar Al Assad ke pengungsian rakyat Palestina di Suriah di bulan Oktober 2012 ini.
“SBY memimpin negeri dengan mayoritas Umat Islam, namun dia selalu sibuk dengan pencitraan dirinya dibandingkan membela urusan-urusan umat Islam,” Jelasnya lagi.
Aktivis HTI yang dikenal dengan analisa dunia Islam internasional ini menilai setelah turunnya SBY akan ada banyak agenda-agenda yang akan memanfaatkan pencitraan SBY. Di mana semua pencitraan SBY itu terkait agenda-agenda Barat di dunia Islam terutama di Indonesia sendiri. Karena itulah, ia menilai, mengapa penghargaan Ksatria Salib Agung menjadi penting untuk diberikan kepada SBY.
Sebagaimana diketahui, Presiden SBY akan bertolak ke Inggris Selasa (30/10/2012) untuk memenuhi undangan Ratu Elizabeth II. Di London, Presiden SBY akan menerima gelar penghargaan dari Ratu Elizabeth II.
"Nama penghargaannya 'Knight Grand Cross in the Order of Bath'. Pemimpin asing lain yang menerima penghargaan tersebut Presiden Ronald Reagen, Presiden Jaques Chirac dan Presiden Abdullah Gul," jelas Staf Ahli Presiden Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah dalam rilisnya, Senin (29/10/2012).
Menurut Teuku Faizasyah menjelaskan secara detil tujuan atau alasan Presiden diberi penghargaan tersebut.
"Ini adalah kelas tertinggi dari Order of the Bath," tuturnya.
Menurut Faizasyah, tidak ada acara khusus saat Presiden SBY diberi gelar tersebut.
"Tidak ada upacara khusus, hanya Ratu akan menunjukannya di ruang display ke Bapak Presiden seusai makan siang pada 31 Oktober," tutupnya.
SBY juga akan melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Inggris, David Cameron, dengan Prince of Wales, Pangeran Charles, Ketua Partai Liberal Demokrat, Nick Clegg dan Pimpinan Oposisi, Ed Miliband.*Hidayatullah.com

Betapa Menentukannya Seorang Guru



 
Guru sebuah madrasah sedang mengajar

INGIN anak Anda sukses? Perhatikan, siapa gurunya! Sebuah riset yang dilakukan oleh S. Paul Wright, Sandra Horn dan William Sanders (1997) terhadap enam puluh ribu siswa, memberi pelajaran berharga kepada kita betapa pentingnya memperhatikan siapa yang menjadi guru bagi anak-anak kita.
Hasil riset yang mereka lakukan menunjukkan bahwa faktor paling penting yang berpengaruh secara langsung terhadap belajar siswa adalah guru. Artinya, ada berbagai faktor yang mempengaruhi minat, keterampilan, kemampuan dan antusiasme belajar siswa, baik yang ada di sekolah maupun di rumah. Tetapi dari sekian banyak faktor, yang paling berpengaruh adalah guru. Maka, jika ada anak yang kurang bergairah saat belajar, pertanyaan pertama yang harus dijawab secara tuntas sebelum memanggil orangtua adalah bagaimana guru mengelola kelas dan menjalin hubungan dengan siswa-siswanya. Di luar itu, ada pertanyaan lain yang harus dijawab, apakah guru memiliki integritas pribadi atau tidak. Ini berarti, kompetensi saja tak cukup.

Kembali pada riset yang kita perbincangkan di awal tulisan ini. Wright dan kawan-kawan mencatat bahwa, guru-guru yang efektif mampu menjadikan para siswanya berkembang secara optimal. Ini berlaku untuk semua siswa dengan berbagai jenjang prestasi, tidak peduli seberapa majemuk ragam anak-anak di kelas. Jika di kelas banyak anak yang gagal mengembangkan kemampuannya secara efektif, berarti guru tidak mampu mengelola kelas atau bahkan bisa lebih dari itu, yakni tidak mengenali para siswanya dengan baik. Anak yang tidak bisa memusatkan perhatian dalam rentang waktu yang lama, boleh jadi karena kemampuannya mencerna pelajaran yang kurang, boleh jadi karena minatnya yang lemah. Ini berarti, meskipun sama masalahnya, langkah yang perlu diambil oleh guru akan sangat berbeda.

Catatan ini menunjukkan bahwa, kegiatan belajar-mengajar yang efektif sangat sulit terjadi apabila guru tidak mampu mengelola kelas dengan baik. Jika siswa banyak yang menunjukkan perilaku menyimpang atau antar siswa tidak ada rasa saling hormat, tak ada aturan dan prosedur yang dihormati sebagai panduan perilaku, dan rasa persahabatan antar siswa sangat rendah, maka kekacauan di kelas akan menjadi hal yang wajar. Dalam situasi seperti ini, kata Marzano dalam bukunya yang bertajuk Classroom Management That Works (2003), baik guru maupun siswa sama-sama menderita. Guru harus berjuang mati-matian untuk mengajar, dan siswa hampir pasti belajar jauh lebih sedikit daripada yang seharusnya mereka lakukan.

Berbagai riset menunjukkan bahwa anak-anak yang kemampuan matematikanya rendah dengan skor 50% ke bawah, meningkat pesat kemampuannya setelah 2 tahun jika ia belajar di sekolah yang efektif dan guru yang juga efektif. Sedangkan anak-anak yang belajar di sekolah rata-rata dengan kemampuan guru mengelola kelas yang juga rata-rata, tidak mengalami perubahan apa pun setelah 2 tahun. Tetap saja kemampuannya tidak berkembang dengan baik. Sementara anak-anak yang belajar di sekolah yang tidak efektif dan –celakanya—memperoleh guru yang juga tidak efektif, justru makin lama makin bodoh. Semakin lama ia bersekolah semakin terpuruk prestasinya, semakin tidak mampu ia mengembangkan potensinya.

Pelajaran apa yang bisa kita petik? Setiap anak bisa mengembangkan kemampuannya. Mereka bisa meraih sukses jika memperoleh bimbingan dari guru yang baik; guru yang mampu menjalin hubungan akrab dengan siswanya secara bermartabat, bisa membangkitkan tanggung-jawab siswa bagi kelangsungan pembelajaran yang penuh semangat, tegas dalam menegakkan disiplin sekaligus dapat melakukan intervensi disiplin secara ketat di kelas, mampu membuat aturan dan prosedur kelas yang menjadi panduan bagi siswa dalam berperilaku, serta memiliki kecakapan membangun sikap mental yang tepat bagi siswanya maupun dirinya sendiri.

Saya perlu menggarisbawahi masalah kemampuan menjalin hubungan akrab secara bermartabat. Apa yang perlu kita perhatikan di sini? Selain terampil menjalin keakraban dengan siswa, yang tidak boleh ditawar-tawar adalah keharusan menjaga batas antara siswa dan guru. Akrab dan bersahabat (friendly) memang harus, tetapi harus diingat bahwa guru adalah seorang pendidik dan pembimbing yang bertugas memberi arahan. Ada garis tegas yang perlu diperhatikan agar siswa tetap memiliki tata-krama yang baik. Harry K. Wong & Rosemary T. Wong bahkan mengingatkan dalam bukunya yang berjudul How to Be An Effective Teacher: The First Days of School agar guru tidak menjadi teman.
Buku yang berisi panduan tentang apa yang harus dilakukan oleh guru pada bulan-bulan pertama di sekolah ini menegaskan bahwa setiap guru harus akrab, peduli, penuh cinta dan sekaligus peka terhadap siswa. Tetapi mereka bukanlah teman. Guru harus mampu menjalin hubungan yang bersahabat, tetapi tetap bukan teman yang membuat siswa kehilangan tata-krama.

Apa artinya?
Menjadi guru efektif yang membuat setiap siswa mampu meraih sukses, bukan hanya soal kompetensi. Guru memang harus menguasai bidang studi yang diajarkan. Bukan hanya menang semalam, yakni sekedar belajar lebih awal daripada siswanya. Guru juga harus terampil mengajar. Sangat mumpuni dalam bidang yang diajarkan tetapi tidak mampu menyampaikan dengan baik dan kurang mampu menerangkan secara komunikatif, juga akan berakibat siswa mengalami kesulitan belajar. Mereka menjadi bodoh bukan karena tidak memiliki potensi untuk menguasai pelajaran dengan baik, tetapi karena guru gagal dalam memahamkan siswa.

Itu sebabnya, kriteria ketuntasan minimal (KKM) dapat dipandang dari dua arah. Pertama, KKM adalah standar minimal yang harus dicapai oleh siswa. Jika ada yang tidak mampu mencapai KKM, maka kesalahan sepenuhnya dapat ditimpakan kepada siswa dan orangtua. Cara pandang inilah yang banyak dianut sekolah-sekolah kita di negeri ini. Kedua, KKM merupakan target kemampuan siswa yang harus dibangun oleh guru. Jika ada siswa yang gagal memenuhi KKM, maka guru melakukan evaluasi caranya mengajar dan menangani siswa.
Cara pandang inilah yang diterapkan di sekolah-sekolah efektif, sehingga guru terbiasa melakukan penilaian, evaluasi dan meneliti tindakannya di kelas. Ia berusaha menemukan sebab setiap masalah. Apalagi jika jumlah siswa yang bermasalah, misalnya gagal memenuhi KKM, merupakan mayoritas.

Tetapi, sekali lagi, penguasaan materi yang baik serta keterampilan mengajar bukan aspek utama yang menjadikan seseorang sebagai guru efektif. Ada aspek lain yang lebih mendasar, yakni motivasi, integritas dan komitmen. Yang disiplinnya rendah misalnya, meskipun mampu mengajar secara menarik, tetapi mereka tidak patut menjadi guru olah raga. Apalagi guru motivasi. Yang integritasnya rendah, jangan pernah mengampu pelajaran akidah-akhlak karena keduanya –akidah maupun akhlak—bukan urusan kognitif semata. Ia adalah bagian dari sikap hidup yang harus menyatu dalam setiap helaan nafas kita.

Alhasil, ada yang perlu kita perhatikan. Setiap sekolah perlu memberi perhatian serius untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar. Tetapi ini tidak cukup. Pada saat yang sama, harus ada usaha serius untuk meningkatkan secara terus-menerus kualitas pribadi setiap guru, baik berkait dengan motivasi, iman, akhlak, komitmennya terhadap agama maupun pendidikan, serta integritas pribadi. Ini semua sangat penting untuk memastikan agar setiap siswa mampu meraih sukses. Lebih-lebih untuk sekolah Islam yang telah menyatakan sikap bahwa agama ini yang menjadi ruh dari seluruh kegiatan yang ada di sekolah, peningkatan kualitas pribadi setiap guru tak dapat ditawar-tawar lagi.
Setiap wali murid juga perlu memperhatikan ini sebab di tangan para guru itulah kita serahkan masa depan anak-anak kita!
Mohammad Fauzil Adhim adalah penulis kolom Parenting Majalah Hidayatullah. Berbagai tulisan lain dapat dibaca di majalah Hidayatullah. twitter: @kupinang 
hidayatullah.com

Uskup Polandia: Halloween Perayaan Barat yang Rusak Spiritualisme Anak




 
Pada malam Halloween, orang-orang bisa merusak rumah tetangga mereka


Gereja Katolik Polandia baru saja menyatakan kecamannya kepada perayaan Halloween yang rencanya diselenggarakan di sejumlah belahan dunia Rabu (31/10/2012) ini.

Menurut Uksup Agung Szczecin-Kamien, Halloween yang didasari "budaya kematian" telah mengajarkan paganism dan hanya akan merusak anak-anak.

"Kesenangan macam ini, merayu anak-anak dengan permen, memiliki dampak yang merusak pada spiritualisme, bahkan bisa menghancurkan kehidupan spiritual," ucapnya di dalam ceramah misa Ahad, (28/10/2012) dikutip laman berita Polandia, www.thenews.pl.

Menurut Szczecin-Kamien, kesenangan anti-Kristen yang tidak bertanggung jawab itu akan membawa para pemuda ke "dunia kegelapan, termasuk pemujaan setan, vampir, dan iblis" dengan alasan bersenang-senang.

Sebagaimana diketahui, Halloween merupakan perayaan beberapa negara Barat, terutama di Amerika Serikat. Di negara ini, anak-anak dan dewasa mengenakan kostum seram dan berkeliling dari pintu ke pintu sambil berkata "Trick or Treat". Anak-anak ini akan mendapatkan permen atau coklat dari rumah yang mereka datangi.

Tahun lalu, 2011, sebuah majalah gereja terbitan Inggris, Belvoir Angel, menggugat tradisi Halloween sebagai budaya berbahaya yang sama saja mengajarkan anak untuk berpihak pada setan. [Baca: Tradisi Halloween Digugat Gereja]

Menurut artikel berjudul “Halloween Isn’t a Treat--Don’t Be Tricked” (Halloween bukan sesuatu yang menyenangkan--jangan tertipu), upaya meminta imbalan berupa manisan agar orang yang dimintai tidak mendapat gangguan, sama dengan pemerasan dan tindak kriminal.

“Pada malam Halloween, orang-orang yang biasanya taat terhadap hukum, merusak rumah-rumah tetangga mereka.

“Dalam beberapa kasus, orang-orang ini menebar ketakutan, khususnya bagi kaum manula.  Merayakan Halloween berarti kita berada di pihak setan dan segala perbuatannya,” demikian tulis media tersebut.*Hidayatullah.com--

Kolesterol Sapi Lebih Tinggi daripada Kambing


Entah salah-kaprah atau memang kita dijejali perspektif/pandangan/wawasan yang salah tentang perkambingan, terbukti pandangan di masyarakat menyatakan bahwa makan daging kambing (seolah-olah) “LEBIH BERBAHAYA” daripada makan daging sapi.
Satu catatan menarik hasil penelitian yang dipublikasikan di Oklahoma, Amerika Serikat, yang ditulis Akhmad Sodiq dan Zainal Abidin dalam bukunya Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan Etawa” (Agromedia Pustaka, 2008) mengungkap bahwa masyarakat di Amerika telah mengalami perubahan pola konsumsi daging. Jika sebelumnya lebih banyak mengonsumsi daging sapi, berubah konsumsi ke daging ayam dan ikan.
Akibat terjadinya kontaminasi salmonella dan tingginya tingkat retensis hormon daging ayam, tingkat konsumsinya juga menurun.
Begitu juga ketika mengonsumsi ikan, setelah terjadi kontaminasi bahan beracun dan pestisida juga ikutan turun. Pilihan terakhir masyarakat Amerika adalah mengonsumsi daging kambing.
Dalam penelitian tersebut juga disebutkan bahwa kandungan lemak kambing 50-60% lebih rendah jika dibandingkan dengan lemak sapi atau domba. Begitu pula kadar lemak jenuhnya.
Membaca hasil riset di atas, penulis menjadi tercengang; bahwa selama ini kita sebagai masyarakat telah DIBODOHI (entah siapa yang melakukannya) untuk lebih mengonsumsi daging sapi dibandingkan dengan daging kambing.
Lebih parah lagi, PEMBODOHAN itu kemudian diikuti oleh IMPOR sapi dari negara-negara Barat berikut dagingnya yang membuat rusaknya harga sapi di pasaran dan membuat rugi dan merananya para peternak lokal.
Padahal, negara kita lebih potensial ternak kambing. Dan sampai sekarang pun harga kambing stabil dan cenderung terus naik. Beda dengan sapi. Harga jual hidup menurun, tapi harga dagingnya terus naik.(SALAM-ONLINE.COM)

Senin, 29 Oktober 2012

Kejanggalan-kejanggalan dalam Kasus Terorisme


 
AM Hendropriyono dalam sebuah acara di TVOne

KASUS pengerebekan terduga pelaku terror di Solo dan meledaknya sebuah bom di rumah Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara atau tepatnya di jalan Nusantara, Depok Jabar menghantui pikiran saya, sebagaimana kasus-kasus penggerebekan terduga teror lain yang selalu beraroma sama.
Ada beberapa pertanyaan krusial yang belum bisa terjawab. Berikut beberapa pertanyaannya;
Mengapa Tepat peringatan 11 September?
Entah kebetulan atau tidak, kasus pemberitaan Solo dan bom di Depok, bertepatan dengan peringatan 11 September, di mana Gedung WTC runtuh tahun 2001, yang telah melewati waktu 11 tahun ini. Adakah kasus ini memiliki hubungan? Mungkin, misalnya, sebagai bukti pada Amerika bahwa di Indonesia masih menakutkan karena masih banyaknya ancaman bom?
Anda tidak harus percaya. Tetapi dengarkan pernyataan Mantan Komandan Satgas Intel Badan Intelijen Strategis, (BAIS), Laksamana TNI, Purnawirawan, Mulyo Wibisono yang dikutip itoday, Kamis (06/09/2012). Saat dimintai komentar kasus penggerebekan di Solo yang menewaskan Farhan dan Muksin mengatakan, bila keberadaan teroris di Indonesia sengaja dipelihara institusi tertentu untuk mendapatkan proyek dari Amerika Serikat (AS).
"Teroris itu sengaja dipelihara institusi tertentu yang mempunyai kemampuan intelijen. Institusi ini mendapatkan keuntungan dengan adanya teroris karena mendapatkan kucuran dana dari AS," kata Mantan Komandan Satgas Intel di BAIS ini), Laksamana TNI, Purnawirawan, Mulyo Wibisono kepada itoday, Kamis (6/9/2012).
Menurut Mulyo, kemunculan teroris disengaja dengan memprovokasi untuk melakukan kegiatan teror. "Dalam intelijen ini penyusupan itu hal yang biasa. Sebetulnya aparat sudah tahu, tetapi dibiarkan saja. Dan pelaku teroris ini akibat provokasi intelijen," paparnya.
Kata Mulyo, teroris Solo semakin mencurigakan karena aparat kepolisian menyebutkan para pelakunya melakukan pelatihan di Gunung Merbabu. "Polisi harus mengungkap siapa yang melatih para teroris itu, atau jangan-jangan intelijen sendiri. Menggunakan senjata terlebih lagi umur mereka masih muda itu sangat aneh sekali dan mampu membunuh polisi," jelasnya.
Kecurigaan Mulyo bertambah, korban aparat kepolisian yang tertembak di Solo tidak diotopsi dan adanya pertemuan sebelum terjadinya "teror" Solo,yang dilakukan secara tertutup di markas Kopassus Kartosuro antara Direktur Penindakan BNPT, Brigjen (Pol) Petrus R Golose dengan jajaran Dandim, Komandan Kopassus Grup 2, Kapolres se-Solo Raya dan dan perwakilan dari Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.
"Saya baca di media, tiga bulan sekitar bulan Juni sebelum ada 'teror' Solo, ada pertemuan petinggi BNPT dengan pejabat militer dan polisi seluruh Jawa Tengah di markas Kopassus Kartosuro yang katanya membahas penanggulangan antiteror. Apa gunanya pertemuan itu kok tiba-tiba ada 'teror'," kata mantan Komandan Satgas Intel Badan Intelijen Strategis (BAIS) Laksamana Pertama TNI Purn Mulyo Wibisono kepada itoday, Sabtu (8/9/2012).
Menurut Mulyo, pertemuan sudah pasti mengetahui adanya jaringan "teroris".
"Pertemuan BNPT di Kartosuro masih wilayah Solo yang katanya sumber "teroris", masih juga kecolongan. Saya minta pertemuan itu dibongkar saja, apa sih isinya, biar masyarakat tahu dan tidak curiga sepak terjang BNPT dan Densus," ungkap Mulyo.Mulyo mencurigai kemunculan "teroris" Solo kemungkinan rekayasa pihak BNPT untuk mendapatkan kucuran dana. "Kemunculan 'teroris' itu menguntungkan polisi dan BNPT. Mereka mendapatkan keuntungan dari proyek 'teroris'," jelasnya.
"Memunculkan 'teror' itu biasa dalam operasi intelijen agar orang-orang yang diduga 'teroris' itu muncul. Dan dengan munculnya 'teroris' akan memberikan keuntungan bagi polisi dan BNPT," pungkasnya.
Namun bertepatan dengan tuduhan Muyo, tiba-tiba Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Dr Said Aqil Siradj tiba-tiba mendesak agar anggaran dana Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ditingkatkan, sehingga bisa maksimal dalam melaksanakan program kerja.
Kurangnya anggaran yang dikucurkan oleh pemerintah, menurutnya diduga menjadi penyebab maraknya gerakan teroris di tanah air yang pada akhirnya tidak bisa ditanggulangi BNPT.
"Anggarannya BNPT barangkali dan kerjasamanya dengan civil society harus ditingkatkan," ujar Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj di Jakarta, Rabu (05/09/2012), dikutip Pelitaonline.
Pertanyaannya, mungkinkah dengan tepat peringan 11 September ini drama penggerebekan ini dimaksudkan sebagai laporan kepada Amerika, sebagaimana dugaan Mulyo Wibisono? Atau memang benar sebagai proyek mencari dana?
Selalu Bertepatan dengan Adanya Kasus Besar
Tahun 2009, bom terjadi di hotel JW Mariott dan Ritz Carlton di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, tepat ketika pihak-pihak yang sedang mempermasalahkan jumlah kecurangan pemilu melalui saksi-saksi yang tergabung dalam timsukses JK-Win dan Mega-Pra (pada tanggal 20 Juli saksi JK-Win menolak menandatangani kesaksiannya, dan tanggal 21 Juli menyusul saksi Mega-Pra juga menolak kesaksiannya),
Sebelumnya tahun 2010, kesuksesan penumpasan Dulmatin oleh Densus 88 juga pas dengan suhu politik sedang panas. Hasil Pansus Century yang dikukuhkan dalam Paripurna DPR, di mana Wapres Boediono dan Menkeu Sri Mulyani pun dinilai sebagai pihak yang harus bertanggung jawab. Akibatnya, isu pemakzulan pun bertiup kencang.
Nah, Kasus penggerebekan di Solo dan bom di Depok, bertepatan dengan kasus Syiah di Sampang.
Selalu menjadi Reality Show di TV
Yang menjadikan selalu hebat berita tuduhan terorisme adalah, beberapa kali penggerebekan dilakukan secara LIVE, layaknya sebah reality show. Selama hampir 18 jam aksi “sok gagah” Densus 88 melakukan penggerebekan di sebuah rumah di Temanggung tanggal 7 Agustus tahun 2009 hingga besoknya lagi 8 Agustus 2009, masyarkat dihibur suara tembakan dar! der! dor! Di TVOne. Perntanyaannya, untuk apa 200 juta lebih warga Indonesia perlu tayangan live sebuah operasi yang boleh dikatakan rahasia? Atau memang aksi-aksi Densus sudah bukan rahasia lagi? Dan untuk kepentingan apa mengajak stasiun TV?
Terlalu naïf jika masyarakat lebih 200 juta percaya pernyataan GM Current Affair TVOne, Solaeman Sakib yang pernah menyatakan siaran langsung penggerebekan sebuah rumah yang diduga tempat persembunyian Noordin M Top di Dusun Beji, Temanggung, Jawa Tengah, hanya untuk meningkatkan rating.
Apalagi dalam banyak acara diskusi terorisme yang diselenggarakan TVOne—para reporter yang ada di lapangan atau di studio—sering memberikan asumsi atau mengarahkan pada sebuah opini tertentu.
Lagi pula, masyarakat, tidaklah cukup buta melihat keadaan. Siapapun tahu, siapa Karni Ilyas (Pimred TVOne). Karni Ilyas adalah jurnalis yang juga dikenal anggota Kompolnas. Sebelum di TVOne, ia lebih dulu memulai karir sebagai wartawan Suara Karya (1972), Tempo (1978), Forum (1991-1999) lalu hijrah ke SCTV untuk memimpin Liputan 6 dan terakhir di TVOne yang baru saja diambil alih Keluarga Bakrie.
Karni dikenal telah akrab dengan Gories Mere (GM) semenjak baru setahun lulus Akpol, kala itu pangkatnya masih Letda. Persahabatan Karni dan GM sangat harmonis dan terjalin sampai sekarang.
Seperti diketahui, GM bersama dua perwira Aryanto Sutadi dan Pranowo pernah mendapat keistimewaan memeriksa Omar Al Faruq, langsung dari penjara khusus milik AS di Teluk Guantanamo, Kuba.
Ada hal menarik tentang #KulTweets Mas Ridlja tentang sosok Pimred TVOne berjudul “Karni Ilyas wartawan Senior TVOne” [http://nurudin.jauhari.net/karni-ilyas-wartawan-senior-tvone.jsp]
Dalam situs itu disebutkan, buah persahabatan itu terjadi tatkala 5 November 2002, di mana satuan polisi (dipimpin GM) melakukan sebuah operasi rahasia di Tenggulun, Kecamatan Solokuro, dan berhasil menciduk Amrozi, ikut mengajak wartawan SCTV (dibawah pimpinan Karni Ilyas saat itu), hingga membuat salah paham Kepala Dinas Penerangan Polda Jawa Timur, yang rupanya tidak diberitahu adaya operasi. Sungguh hebat, Polda Jatim saja tidak tahu, Karni bisa tahu.
Saat penangkapan Imam Samudera di Merak, SCTV juga berada di depan. Saat penangkapan Abu Dujana tahun 2007, Karni dan ANTV malah dapat hak siar ekslusif pengakuan Dujana yang direkam, di kala semua media tidak diberi akses.
Yang menarik, setiap acara diskusi terorisme di TVOne, sumber-sumber yang didatangkan selalu monoton. Jika tidak Kepala BNPT Ansyaad Mbai, Mantan Mantan Kepala Badan Intelejen Negara (BIN), Hendro Priyono. Jika ada sumber lain, biasanya selalu orang-orang uang sudah dibina BIN atau BNPT. Jarang dalam masalah terorisme TVOne menghadirkan pakar Syariah atau anak Abubakar Ba’syir. Ba’asyir hanya disudutkan tanpa ada pembelaan.
Ada motivasi lain apa antara Gories, Karni, BNPT dan Hendro yang didukung TVOne? Alangkah naifnya jika alasannya hanya sekedar ratting?
Selalu mengarah Syariah Islam
Beberapa hari pasca meledaknya bom di hotel JW Mariott dan Ritz Carlton di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, tepat 22 Juli 2009 TVOne menggelar acara special yang membahas akar teroris di Indonesia. Nara sumbernya adalah Brigjen. Surya Dharma Salim (Mantan Ketua Densus 88) yang membahas tuntas akar permasalahan peledakan bom di Indonesia yang terjadi dalam sepuluh tahun terakhir. Dua hal yang sering diulang-ulang Suryadharma Salim adalah, Syariah dan Dualah Islam.
Menariknya, untuk diskusi dengan mantan Komandan Densus 88 ini, TVOne harus mengulang beberapa kali di lain waktu. Ini sama persis dengan dialog Ansyasd Mbai atau Hendro yang selalu mengarah juga pada gerakan Islam atau Syariat Islam. Seolah-oleh, Syariah atau Daulah Islamiyah menjadikan orang berperilaku teroris.
Dalam sebuah tayangan liputan di lokasi kediaman terduga kasus teror, Yusuf Rizaldi di daerah Petojo Utara, Gambir, Jakarta Pusat, tiba-tiba seorang reporter sebuah TV swasta secara sengaja men-shoot gambar poster logo HTI berisikan kalimat “Dengan Syariah Indonesia Lebih Bermartabat.” Oleh sang reporter, tulisan tersebut dikaitkan dengan poster jihad. Apa hubungannya poster dengan teror?
Mengapa tidak sekalian wartawan menyebutkan bahwa telah ditemukan al-Quran di rumahnya? Mengerti apa Hendro atau Ansyaad tentang Syariat Islam?
Pertanyaan lain, ada apa pula TVOne dengan Syariat Islam yang selalu dijadikan penyebab (alasan) dalam kasus terorisme? Generalisasi ini, sudah pasti difasilitasi TV tersebut
Selalu Ngruki dan pesantren
Salah satu komentar paling jelas dari Hendro dalam setiap diskusi masalah terror adalah mengarahkan pada PP Al-Mukmin, Ngruki. Seolah-olah ribuan santri alumni pesantren itu pelaku teror. Ada komentar dari pengamat media,asal Surabaya, Sirikit Syah dalam akun Twitter-nya, “Mengapa media mudah memberi label Ngruki sarang teroris, tapi tdk pernah nyebut pulau key (di maluku) sarang preman? Sikonnya mirip!,” ujarnya.
Dalam kasus yang berbeda, pasukan pendukung G-30-S-PKI tahun 1965, dikenal para perwira militer. Mereka bahkan dibagi dalam tiga kelompok tugas, Komando Penculikan dan Penyergapan (dipimpin oleh Letnan Satu Dul Arif), Komando Penguasaan Kota (dipimpin oleh Kapten Suradi), Komando Basis (dipimpin Mayor(udara) Gatot Sukresno).
Pertanyaanya, mengapa kita tidak ajarkan saja secara terbuka di anak-anak atau masyarakat bahwa pelaku-pelakunya teror G 30 S PKI adalah perwira militer dari TNI? Sebagaimana ketika BNPT atau Hendro (yang dikuti media) selalu suka mengaitkan kasus terror bom di Indonesia dengan Abubakar Ba’asyir, Ngruki atau pesantren?
Adakah yang bisa menjawabnya?
Sebagian Anda mungkin ada yang bingung, namun mungkin juga paham akan arah keanehan-keanehan ini.
Semoga kita terhindar dari fitnah zaman dan fitnah Dajjal!
Penulis aktif di Institut Pemikiran dan Peradaban Islam (InPas) Surabaya
sumber:hidayatullah.com

Hadiri HUT Israel, NasDem Dianggap Tidak Pro-Islam



 

Politikus Nasional Demokrat (NasDem) Ferry Mursyidan Baldan, menilai kehadirannya dalam HUT Israel dianggap tidak ada yang istimewa. Ia mengaku, sebagai politikus, dirinya harus menjaga komunikasi dengan semua pihak, bahkan yang berbeda sikap politik sekali pun.

"Berbeda dalam politik kan tidak harus bermusuhan," kata Ferry dikutip laman merdeka.com, Senin (30/04/2012).

Dalam laman itu, Ferry mengatakan, dirinya hadir di acara HUT Kemerdekaan Israel ke-64  karena diundang secara pribadi.

"Saya tidak mewakili siapa pun," ujar dia.

Bahkan ia mengibaratkan kehadirannya di acara HUT Kemerdekaan Israel dengan kehadirannya di acara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sebelum menjadi partai resmi.

"Ya biasa saja, saya juga punya hubungan dengan FPI. Kita kan perlu menjaga hubungan dan komunikasi dengan siapa pun," ujar pria berdarah Aceh ini. 

Tak Pro Islam

Sementara itu, kehadiran politikus Nasional Demokrat (NasDem) pada perayaan ulang tahun (HUT) Israel di Singapura menjadi polemik. Pengamat politik Universitas Indonesia Iberamsjah menilai, kehadiran politikus NasDem Ferry Mursyidan Baldan, dalam perayaan HUT Israel di Singapura, Kamis (26/04/2021) lalu, dapat berakibat kepada berkurangnya kepercayaan publik kepada Partai Nasdem. Sebab, publik akan berpikir NasDem tak membela Islam.

"Kita semua tahu tindakan Israel terhadap umat Islam di Palestina khususnya tak bisa ditolerir, tindakan Israel yang tidak terpuji," kata Iberamsjah dikutip merdeka.com, Jakarta, Senin, (30/04/2012).

Menurut Iberamsjah, kehadiran Ferry ke acara tersebut sangat melukai perasaan umat Islam. Iberamsjah lantas mempertanyakan apakah Partai NasDem memiliki hubungan dengan Israel.

"Harus dan pantas dicurigai hubungan antara Partai Nasdem dengan Israel. Jangan-jangan biaya yang digunakan oleh Partai Nasdem selama ini berasal dari bankir-bankir Yahudi Israel, karena Partai Nasdem ini termasuk partai yang memiliki biaya besar dan tempo yang cepat," jelas Iberamsjah.

Sebelumnya diberitakan, sejumlah WNI yang terdiri dari anggota Kadin, ormas pemuda Muslim dan politikus Partai NasDem Ferry Mursyidan Baldan menghadiri perayaan HUT Israel di Singapura.*
Foto: merdeka.com
sumber:hidayatullah.com

Arifin Ilham: “Lihatlah di Media, Siapa yang Ingin Bubarkan FPI?”



 

Aksi sebagian kelompok yang menginginkan pembubaran Front Pembela Islam (FPI) mendapat tanggapan pemimpin Majelis Adzikra, KH. Arifin Ilham.
Dalam akun Facebook-nya yang beralamat di http://www.facebook.com/kh.muhammad.arifin.ilham, pria yang bersuara lembut ini mendoakan Pimpinan utama FPI, Habib Rizieq Shihab. Ia juga mengutip sebuah hadits bahwah persaudaraan sesama iman itu ibarat satu tubuh.

“Assalaamu alaikum wa rahmatullahi wabarkaatuhi. Front Pembela Islam yg dipimpin ayahanda Habib Rizq Syihab, semoga ALLAH selalu menjaga beliau...aamiin. Rasulullah bersabda "Al Mu'min kaljasadi wahidi" org beriman itu bagaikan SATU TUBUH, bila satu anggota tubuhnya disakiti maka anggota tubuh lainnyapun merasakan sakit," tulisnya pada Kamis, (16/02/2012).

Selain itu, pesan yang ia tulis pada pukul 07.00 pagi itu juga mengajak umat mendukung langkah FPI melawan kemungkaran.  Tentu, dengan dengan cara hikmah melalui musyarawah.

“FPI dalam tubuh umat Islam Indonesia laksana TANGAN, inilah dakwah termulia, sbgm Rasulullah mengajarkan, Bila kalian melihat kemungkaran maka perbaikilah dg tangan kalian, kalau tdk mampu maka dg lisan kalian, kalau tdk mampu maka dg hati kalian, itulah selemah2nya iman". Tentu FPI dg cara hikmah melalui musyawarah, izin, 3 kali peringatan, dg atribut pakaian & organisasi yg jelas terdaptar legal. Baru melakukan tindakan sesudah semua ikhtiar, sungguh sudah rahisia umum di negeri ini tempat2 ma'siyat & program kemungkaran seperti pornografi, perizinan minuman keras, judi dsb selalu dibekingi preman, oknum pejabat & media sekuler. Sehingga beritapun tdk seimbang seakan FPI anarkis, apalagi rentan dg masuknya provakator dg atribut yg sama.”

Tak lupa ia mengajak umat Islam mencermati media dan siapa sesungguhnya yang berkeinginan membubarkan FPI.
“Lihatlah di media, siapa yg ingin membubarkan FPI?...kebebasan macam apa yg dinginkan? Ingat!, kalau ma'siyat & kemungkaran dibiarkan merajalela "fahaaqqo alaihal qoul" adzab ALLAH akan turun sbgm minimpa kaum Aad, Tsamud, kaum homo dsb (QS 17 : 16,17), apa terus dibiarkan saat hukum sudah bisa "beli" hancurlah negeri ini. TIDAK sahabatku, siapa yg CINTA ALLAH & NEGERI INI tdk boleh diam harus dakwah & jihad dg segala resikonya, & kalian jangan diam, hidup ini pilihan yg konsekwensi di akhirat nanti, ALLAH mengumpulkan kelompok mns jin di akhirat nanti bersama SIAPA YG MEREKA CINTAI!, apakah kalian ingin berkumpul dg mrk para Pendukung ma'siyat & kemungkaran itu dg dailh hak asasi mns yg sebenarnya mrklah yg menghancurkan HAQ MORAL GENERASI BANGSA INI, NO WAY! Saya Muhammad arifin ilham mencintai Habib Rizq Syihab dg segala konsekwensi...teruslah duhai habib yg Mulia Berdakwah & Berjihad, "Ya ALLAH kumpulkanlah kami bersama hamba2 yg mencintai MU & Yg berjuang dijalanMU...aamiin. ALLAHU AKBAR. Sebarkan ini sahabatku tercinta fillah, “ demikian pesan Arifin.

Sampai pukuk 14.30 siang, akun yang memiliki 1.292.862 penggemar ini telah di LIKE 10.999 orang dan dikomentar 2.555 fans.*hidayatullah.com

Hati Hati…Mereka Giring Kalian Ke Kepuasan Sexual

Samuel Zwimmer, ketua asosiasi misionaris dalam kongresnya di Jerusalem tahun 1935, mengatakan , “ Sebenarnya tugas misionaris yang pemerintah lantik tuan tuan untuk bertugas di Negara Islam, adalah bukan untuk memasukkan umat Muslimin ke dalam agama Kristen, sebab mereka sudah ada agama dan etika.
“Tugas tuan tuan ialah untuk mengeluarkan manusia Muslim dari Islam, agar jadi seorang yang tidak punya hubungan lagi dengan Tuhan, selanjutnya agar ia tidak terikat lagi dengan akhlak yang selama ini dianuti oleh umat itu. Dengan cara ini berarti tuan tuan akan menjadi pioneer dalam penjajahan di dunia Islam.”
“Tuan tuan harus menyiapkan berbagai ide untuk Negara Negara Islam supaya dapat menerima  segala yang tuan tuan laksanakan, yaitu untuk menarik keluar Muslimin dari Islam. “
“Tuan Tuan sudah menggiring generasi muda Muslim yang tak ada kaitannya dengan Tuhan. Anak anak muda yang tak perlu tahu dengan hubungan itu. Jadi dengan cara itu tuan tuan sudah dapat mengeluarkan Muslimin dari agamanya. Tapi bukan berarti mereka sudah masuk Kristen.”
Selanjutnya muncullah generasi Islam yang seiring dengan kehendak penjajah. Dimana mereka tidak mengutamakan kerja kerja penting. Mereka suka santai, suka nganggur dan suka mengejar kepuasan nafsu dengan apa saja. Malahan perkara sex itulah yang menjadi tujuan hidupnya, sehingga walaupun dia belajar tapi pelajarannya adalah untuk kepuasan sex. Kalau dia mencari harta maka harta itupun untuk kepuasan sex juga. Atau kalau dia menduduki jabatan jabatan tinggi maka jabatan itupun untuk pemuasan sex akhirnya.
Hai para misionaris ! sempurnakanlah tugas tuan tuan itu dengan sebaik baiknya…. (Juzuru Al Bala hal 275).hidayatullah.com

Menghidupkan Semangat Misionaris Katolik Menghadapi Islam



Berawal dari kekawatiran yang sangat mendalam dikalangan Gereja Katolik, ketika melihat kehidupan dan pertumbuhan Muslim di daratan Eropa, maka para Uskup menyerukan kepada seluruh Uksup di daratan Eropa menghidupkan semangat misionaris, yang belakangan menghadap semakin banyak para pemeluk Katolik pergi.
Memang pertumbuhan pemeluk Katolik di daratan Eropa terus merosot, dan semakin banyak  kalangan muda, yang meninggalkan agama mereka. Mereka menjadi tidak lagi tertarik dengan agama Katolik, yang dimata mereka bukan saja tidak  rasional, tetapi para Uskup dan Pastor, banyak melakukan praktek yang menyimpang.
Para Uskup sangat takut dengan kecenderungan pengikut Katolik di sejumlah negara, terutama di Italia, Perancis, Jerman, Belanda, Belgia, Inggris, dan sejumlah negara di kawasan Skandinavia, jumlah pemeluk Katolik, terus menurun, dan mereka semakin apatis terhadap gereja.
Sudah sangat jarang para pemeluk Katolik, yang terikat dengan gereja. Kebaktian di hari Minggu, seperti di Itali, sudah tidak lagi menarik. Anak-anak muda lebih suka menonton bola, atau pergi klub-klub anak-anak muda, yang menyelenggarakan acara yang sifatnya hiburan. Semangat ke gereja sudah tidak lagi menjadi bagian yang penting bagi kalangan remaja di daratan Eropa. Agama Katolik sudah tidak lagi mereka minati.
Sebaliknya, kalangan Uskup semakin kawatir dengan pertumbuhan Muslim di daratan Eropa, yang terus meningkat seperti grafik yang meningkat. Pemeluk Islam bukan hanya dari kalangan imigran Afrika atau Timur Tengah, tetapi penduduk asli Eropa, tiap hari mereka masuk Islam.
Di Perancis setiap bulannya orang-orang Perancis, lebih 50 orang yang masuk ke dalam Islam. Bahkan, di bulan Agustus lalu, menurut data dari Islamic Center yang ada Paris, orang-orang Perancis yang masuk Islam, hampir mencapa 100 orang.
Karena itu, para Uskup di seluruh daratan Eropa bertemu selama tiga minggu untuk merencanakan strategi ke depan bagi Gereja yang jamaahnya terus berkurang, dan merasa para Uskup sangat prihatin pertumbuhan Muslim dan khawatir tentang minoritas Kristen di negara-negara Muslim, yang  menurut komentar peserta pertemuan para Uksup seperti yang dirilis oleh Vatikan.
Memang, ketika berlangsung dalam pertemuan  itu, Islam hampir tidak disebutkan dalam dokumen pertemuan Sinode Evangelisasi Baru yang di Roma yang dihadiri lebih 262 Uskup dari seluruh dunia termasuk dari daratan Eropa, dan pertemuan itu berlangsung dengan sangat tertutup. Tidak wartawan yang diizinkan meliput acara pertemuan para Uskup itu.
Tetapi, salah satu perserta pertemuan yang hadir dalam pertemuan itu, menyebutkan bahwa pertemuan itu, mengatakan para Uskup banyak mendiskusikan masa depan agama Katolik, yang semakin banyak ditinggalkan para jemaahnya, dan sebaliknya pertumbuhan Muslim di daratan Eropa, termasuk di berbagai belahan dunia lainnya, terus meningkat.

Salah seorang Uskup, bahkan menyebutkan sebagai ancaman "Muslim" terhadap Eropa, karena melihat trend yang terus meningkat data jumlah pemeluk Islam  didaratan Eropa dan belahan dunia lainnya, terutama di negara-negara yang mayoritas penduduk beragama Katolik dan Proteskan.
"Tidaklah mengherankan bahwa Islam telah menjadi agendan penting dalam pertemuan Uksup ini," kata Uskup Prancis Uskup Paul Desfarges, yang mengepalai keuskupan Constantine di Aljazair, ungkap wartawan di Roma minggu ini. "Ini adalah masalah yang sangat pokok menyangkut Eropa."
Kristen, dengan sekitar 2 miliar pengikut, merupakan agama terbesar di dunia dan separuh lebih merupakan pengikut Katolik. Jadi separuh pengikut Kristen, dan kondisinya sekarang ini terus merosot, khususna di negara-negara maju, seakan mereka sudah tidak butuh lagi terhadap agama Kristen maupun Katolik.

Situasi ini terus menimpa kehidupan umat Kristen dan Katolik di Eropa, ditambah situasi krisis ekonomi, yang langsung berdampak terhadap mereka, seperti yang dialami oleh Yunani yang sekarang ini menghadapi gulung tikar. Sedangkan gereja tidak mampu berbuat apa-apa menghadapi situasi krisis.
Para Uskup mempunyai perkiraan pertumbuhan umat Islam, yang trendnya terus meningkat di daratan Eropa, yang sekarang jumlah sudah mencapai hampir 30 juta di seluruh daratan Eropa. Sementara itu, jumlah umat Islam di seluruh dunia mencapai 1,4 miliar, dan  empat-perlima dari mereka di luar dunia Arab, tumbuh dalam jumlah yang jauh lebih cepat daripada Kristen, yang jumlahnya menyusut di jantung Eropa.
"Kita perlu analisis yang jauh lebih berkembang dan diskusi tentang konsekuensi dari kehadiran Islam di dunia Barat," kata Sydney Kardinal George.
Beberapa revolusi di dunia "Arab" telah menyebar di seluruh Afrika Utara dan Timur Tengah telah mendorong Islam ke panggung politik. Ini menjadi ancaman yang sangat riil, seperti yang terjadi Mesir, dan Tunisia.

Bahkan, jauh sebelum revolusi "Arab", di Irak, Jordania, Suriah, dan Lebanon, sudah banyak para pengikut Katolik dan Kristen yang melakukan eksodus ke luar negeri, terutama ke Eropa dan Amerika. Mereka merasa masa depan mereka menjadi suram, dan tidak lagi memiliki tempat yang aman di dunia Islam, karena itu mereka lari ke negara-negara Barat. Inilah yang sangat memprihatinkan para Uskup yang sedang berkumpul di Vatikan.
Kyrillos William, Katolik Koptik uskup Assiut, melukiskan gambaran gamblang tentang situasi yang dihadapi minoritas Kristen Mesir yang besar - sekitar 10 persen dari populasi - sejak pergolakan Musim Semi Arab.

"Setiap hari sejak  Ikhwanul Muslimin berkuasa, kita melihat langkah-langkah baru terhadap Islamisasi negara," katanya. "Kristen terus dianggap warga kelas dua dan banyak hak-hak mereka tidak diakui."
"Beberapa militan Islam menuntut bahwa kita meninggalkan negara," kata Uskup. "Kami telah mengatakan kepada mereka, " Tidak, ini adalah negara kami dan tempat tinggal kami". Memang, kebencian Muslim selama beratus tahun, para pengikut Katolik dan Kristen, menjadi alat penindas penjajah, dan melakukan kolaborasi dengan penjajah. Mereka ikut dalam pemerintahan yang menjajah penduduk pribumi. Ketika terjadi perubahan, kebencian terhadap orang Kristen dan Katolik, sudah tidak dapat ditahana lagi.
Di Afrika Barat, di mana Kristen dan Islam yang berlomba-lomba  pengikut baru di antara para pengikut animisme, dan Uskup Katolik merasa memiliki kelemahan ganda. "Ekspansi yang cepat dari Islam dan terutama penyebaran fundamentalisme di Afrika Barat sangat mengkhawatirkan Gereja," kata Uskup Nicodeme Anani Barrigah-Benissan dari Togo.
"Ini hanya membutuhkan waktu satu hari untuk menjadi Muslim, tetapi tidak mungkin untuk meninggalkan agama ini nanti," katanya. Sebaliknya, ia menambahkan, dibutuhkan setidaknya tiga tahun belajar bagi orang dewasa untuk menjadi seorang Katolik, dan kemudian dibaptis, tetapi mereka tetap dapat meninggalkan Katolik dengan sesuka hati.
Patriark Gregory III Laham, kepala Uskup yang berbasis di Damaskus dari Melkite Yunani Gereja Katolik, berpendapat bahwa ajaran utama Islam - bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah nabi-Nya - lebih mudah bagi orang untuk memahami.
Tentu, tidak mudah bagi misi Kristen atau Katolik, yang berusaha keras memurtadkan mereka, karena agama Islam telah begitu merasuk dalam kehidupan penduduk Afrika. Uskup Desfarges melaporkan bahwa beberapa Muslim Aljazair telah murtad dan pinjdah ke Katolik. "Murid-murid baru kadang-kadang ditolak oleh keluarga mereka sendiri atau harus sangat berhati-hati," katanya.
Bechara Boutros Rai, seorang Uskup di Beirut dari Gereja Maronit yang memiliki hubungan dengan Vatikan, mengatakan bahwa "beberapa konversi rahasia oleh Muslim ke Kristen" di Lebanon.
"Evangelisation dipraktekkan di negara-negara Arab dengan cara yang tidak langsung," katanya, melalui jaringan luas sekolah Kristen, rumah sakit dan media penyiaran yang menyebarkan pesan Gereja tanpa secara eksplisit memberitakan hal itu.
Namun beberapa Uskup, terutama dari negara-negara di mana ketegangan antara Kristen dan Muslim tampaknya sangat buruk, melihat pertemuan kedua agama sebagai sebuah kesempatan untuk dialog, bukan sebagai alasan menghujat satu dengan lainnya.
"Meskipun kesan sering diberikan oleh media dunia, saya ingin menekankan bahwa orang Kristen di Nigeria diri mereka tidak berada di bawah penindasan secara besar-besaran oleh umat Islam," kata Uskup Agung Abuja John Olorunfemi Onaiyekan sinode.
Perdebatan Islam di konferensi berawal ketika Kardinal Peter Turkson, kepala Dewan Vatikan untuk Keadilan dan Perdamaian, yang memutara video menunjukkan bahwa Eropa dengan cepat yang dikuasai oleh umat Islam.
Kardinal Andre Vingt-Trois dari Perancis, mengatakan Muslim di Eropa, tidak akan terlalu lama lagi, Perancis akan  menjadi negara Muslim, dan berpenduduk mayoritas Muslim. Ini sebagai konsekuensi logis, karena semakin banyak orang yang meninggalkan agama Kristen dan Katolik, dan sebagian diantara mereka kemudian memeluk Islam. Eropa sedang berubah menuju Islam, dan ini sangat logis. Wallahu'alam.voa-islam

Minggu, 28 Oktober 2012

Kesaksian Sandrina Malakiano, Mantan Penyiar MetroTV, Terkait Jilbab


Kesaksian Sandrina Malakiano, Mantan Penyiar MetroTV, Terkait Jilbab
Sandrina Malakiano

Sejak memutuskan untuk berjilbab, sosok Sandrina Malakiano tak lagi membawakan berita, Ia menghilang. Metro TV tempat ia bekerja dikecam karena melarang Sandrina Malakiano mengenakan jilbab pada saat siaran, meskipun Sandrina sudah memperjuangkannya selama berbulan-bulan dengan mengajak jajaran pimpinan level atas Metro TV berdiskusi panjang. Larangan inilah, alasan Sandrina keluar dari Metro TV.
(Curhat dari seorang Sandrina Malakiano dari Facebook-nya Sandrina Malakiano Fatah)
Setiap kali sebuah musibah datang, maka sangat boleh jadi di belakangnya sesungguhnya menguntit berkah yang belum kelihatan. Saya sendiri yakin bahwa ” sebagaimana Islam mengajarkan ” di balik kebaikan boleh jadi tersembunyi keburukan dan di balik keburukan boleh jadi tersembunyi kebaikan.
Saya sendiri membuktikan itu dalam kaitan dengan keputusan memakai hijab sejak pulang berhaji di awal 2006. Segera setelah keputusan itu saya buat, sesuai dugaan, ujian pertama datang dari tempat saya bekerja, Metro TV.
Sekalipun tanpa dilandasi aturan tertulis, saya tidak diperkenankan untuk siaran karena berjilbab. Pimpinan Metro TV sebetulnya sudah mengijinkan saya siaran dengan jilbab asalkan di luar studio, setelah berbulan-bulan saya memperjuangkan izinnya. Tapi, mereka yang mengelola langsung beragam tayangan di Metro TV menghambat saya di tingkat yang lebih operasional. Akhirnya, setelah enam bulan saya berjuang, bernegosiasi, dan mengajak diskusi panjang sejumlah orang dalam jajaran pimpinan level atas dan tengah di Metro TV, saya merasa pintu memang sudah ditutup.
Sementara itu, sebagai penyiar utama saya mendapatkan gaji yang tinggi. Untuk menghindari fitnah sebagai orang yang makan gaji buta, akhirnya saya memutuskan untuk cuti di luar tanggungan selama proses negosiasi berlangsung. Maka, selama enam bulan saya tak memperoleh penghasilan, tapi dengan status yang tetap terikat pada institusi Metro TV.
Setelah berlama-lama dalam posisi yang tak jelas dan tak melihat ada sinar di ujung lorong yang gelap, akhirnya saya mengundurkan diri. Pengunduran diri ini adalah sebuah keputusan besar yang mesti saya buat. Saya amat mencintai pekerjaan saya sebagai reporter dan presenter berita serta kemudian sebagai anchor di televisi. Saya sudah menggeluti pekerjaan yang amat saya cintai ini sejak di TVRI Denpasar, ANTV, sebagai freelance untuk sejumlah jaringan TV internasional, TVRI Pusat, dan kemudian Metro TV selama 15 tahun, ketika saya kehilangan pekerjaan itu. Maka, ini adalah sebuah musibah besar bagi saya.
Tetapi, dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan memberi saya yang terbaik dan bahwa dunia tak selebar daun Metro TV, saya bergeming dengan keputusan itu. Saya yakin di balik musibah itu, saya akan mendapat berkah dari-Nya.
Hikmah Berjilbab

Benar saja. Sekitar satu tahun setelah saya mundur dari Metro TV, ibu saya terkena radang pankreas akut dan mesti dirawat intensif di rumah sakit. Saya tak bisa membayangkan, jika saja saya masih aktif di Metro TV, bagaimana mungkin saya bisa mendampingi Ibu selama 47 hari di rumah sakit hingga Allah memanggilnya pulang pada 28 Mei 2007 itu. Bagaimana mungkin saya bisa menemaninya selama 28 hari di ruang rawat inap biasa, menungguinya di luar ruang operasi besar serta dua hari di ruang ICU, dan kemudian 17 hari di ruang ICCU?
Hikmah lain yang saya sungguh syukuri adalah karena berjilbab saya mendapat kesempatan untuk mempelajari Islam secara lebih baik. Kesempatan ini datang antara lain melalui beragam acara bercorak keagamaan yang saya asuh di beberapa stasiun TV. Metro TV sendiri memberi saya kesempatan sebagai tenaga kontrak untuk menjadi host dalam acara pamer cakap (talkshow) selama bulan Ramadhan.
Karena itulah, saya beroleh kesempatan untuk menjadi teman dialog para profesor di acara Ensiklopedi Al Quran selama Ramadhan tahun lalu, misalnya. Saya pun mendapatkan banyak sekali pelajaran dan pemahaman baru tentang agama dan keberagamaan. Islam tampil makin atraktif, dalam bentuknya yang tak bisa saya bayangkan sebelumnya. Saya bertemu Islam yang hanif, membebaskan, toleran, memanusiakan manusia, mengagungkan ibu dan kaum perempuan, penuh penghargaan terhadap kemajemukan, dan melindungi minoritas.
Saya sama sekali tak merasa bahwa saya sudah berislam secara baik dan mendalam. Tidak sama sekali. Berjilbab pun, perlu saya tegaskan, bukanlah sebuah proklamasi tentang kesempurnaan beragama atau tentang kesucian. Berjibab adalah upaya yang amat personal untuk memilih kenyamanan hidup.
Berjilbab adalah sebuah perangkat untuk memperbaiki diri tanpa perlu mempublikasikan segenap kebaikan itu pada orang lain. Berjilbab pada akhirnya adalah sebuah pilihan personal. Saya menghormati pilihan personal orang lain untuk tidak berjilbab atau bahkan untuk berpakaian seminim yang ia mau atas nama kenyamanan personal mereka. Tapi, karena sebab itu, wajar saja jika saya menuntut penghormatan serupa dari siapapun atas pilihan saya menggunakan jilbab.
Hikmah lainnya adalah saya menjadi tahu bahwa “fundamentalisme” bisa tumbuh di mana saja. Ia bisa tumbuh kuat di kalangan yang disebut puritan. Ia juga ternyata bisa berkembang di kalangan yang mengaku dirinya liberal dalam berislam.
 
Tak lama setelah berjilbab, di tengah proses bernegosiasi dengan Metro TV, saya menemani suami untuk bertemu dengan Profesor William Liddle ” seseorang yang senantiasa kami perlakukan penuh hormat sebagai sahabat, mentor, bahkan kadang-kadang orang tua ” di sebuah lembaga nirlaba. Di sana kami juga bertemu dengan sejumlah teman, yang dikenali publik sebagai tokoh-tokoh liberal dalam berislam.
Saya terkejut mendengar komentar-komentar mereka tentang keputusan saya berjilbab. Dengan nada sedikit melecehkan, mereka memberikan sejumlah komentar buruk, sambil seolah-olah membenarkan keputusan Metro TV untuk melarang saya siaran karena berjilbab. Salah satu komentar mereka yang masih lekat dalam ingatan saya adalah, Kamu tersesat. Semoga segera kembali ke jalan yang benar.
Saya sungguh terkejut karena sikap mereka bertentangan secara diametral dengan gagasan-gagasan yang konon mereka perjuangkan, yaitu pembebasan manusia dan penghargaan hak-hak dasar setiap orang di tengah kemajemukan.
Bagaimana mungkin mereka tak faham bahwa berjilbab adalah hak yang dimiliki oleh setiap perempuan yang memutuskan memakainya? Bagaimana mereka tak mengerti bahwa jika sebuah stasiun TV membolehkan perempuan berpakaian minim untuk tampil atas alasan hak asasi, mereka juga semestinya membolehkan seorang perempuan berjilbab untuk memperoleh hak setara? Bagaimana mungkin mereka memiliki pikiran bahwa dengan kepala yang ditutupi jilbab maka kecerdasan seorang perempuan langsung meredup dan otaknya mengkeret mengecil?
Bersama suami, saya kemudian menyimpulkan bahwa fundamentalisme “mungkin dalam bentuknya yang lebih berbahaya” ternyata bisa bersemayam di kepala orang-orang yang mengaku liberal.muslimahzone.com

Pengurus Masjid Menangis Terima 2 Hewan Qurban dari Pemulung



Yati & Maman (foto: merdeka.com)

Pasangan suami istri yang berprofesi sebagai pemulung memberikan dua hewan qurban di Masjid Al Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan. Pengurus masjid yang menerima dua ekor kambing itu menangis terharu. “Saya nangis, tidak kuat menahan haru,” ujar Juanda (50), salah satu pengurus Masjid Al Ittihad kepada merdeka.com, Jumat (26/10/2012).
Juanda menceritakan, Selasa (23/10/2012), seorang pemulung bernama Maman datang ke Masjid Al Ittihad. Masjid megah ini terletak di kawasan elit Tebet Mas, Jaksel.
“Bawanya pakai bajaj. Dia kasih dua ekor kambing untuk qurban. Dia bicara tegas, justru saya yang menerimanya tak kuat. Saya menangis,” kata Juanda.
Dua kambing qurban yang diserahkan pemulung itu berwarna cokelat dan putih. Kambing itu justru yang paling besar di antara kambing-kambing lain.
Juanda menceritakan, pengurus lain pun terharu mendengar cerita ini. Begitu juga jamaah shalat Idul Adha saat mendengar pengumuman lewat pengeras suara sebelum shalat dilaksanakan. Mungkin, saat membaca cerita ini, mata Anda pun berkaca-kaca.
Adalah pasangan suami istri Yati (55)  dan Maman (35), keduanya pemulung, menabung susah payah untuk berqurban. Yati mengaku,  sempat ditertawakan saat bercerita seputar niatnya untuk berqurban.
“Pada ketawa, bilang sudah pemulung, sudah tua, nggembel, ngapain qurban,” cerita Yati, Jumat (26/10/2012).
Tapi Yati bergeming. Dia tetap meneruskan niatnya untuk membeli hewan qurban. Akhirnya setelah menabung tiga tahun, Yati bisa berqurban tahun ini.
“Pada bilang apa tidak sayang, mending uangnya untuk yang lain. Tapi saya pikir sekali seumur hidup masak tidak pernah qurban. Malu cuma nunggu daging kurban,” beber Yati.
Yati dan suaminya, Maman, sama-sama berprofesi sebagai pemulung. Pendapatan mereka jika digabung cuma Rp 25 ribu per hari. Tapi akhirnya mereka bisa membeli dua ekor kambing. Masing-masing berharga Rp 1 juta dan Rp 2 juta.
Dua kambing ini disumbangkan ke Masjid Al Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan. Jemaah masjid megah itu pun meneteskan air mata haru.
Pasangan suami istri ini tinggal di gubuk triplek kecil di tempat sampah Tebet, Jakarta Selatan. Saat merdeka.com mengunjungi gubuk Yati usai Shalat Idul Adha, Jumat (26/10/2012), Juanda, pengurus Masjid Al Ittihad, ikut menemani.
Yati membukakan pintu dan mempersilakan masuk. Tak ada barang berharga di gubuk 3×4 meter itu. Sebuah televisi rongsokan berada di pojok ruangan. Sudah bertahun-tahun TV itu tak menyala.
Wanita asal Madura ini bercerita soal mimpinya bisa berqurban. Dia malu setiap tahun harus mengantre meminta daging. “Saya ingin sekali saja bisa berqurban. Malu seumur hidup hanya minta daging,” katanya.
Yati mengaku sudah lama tinggal di pondok itu. Dia tak ingat sudah berapa lama membangun gubuk dari triplek di jalur hijau peninggalan Gubernur Legendaris Ali Sadikin itu.
“Di sini ya tidak bayar. Mau bayar ke siapa? Ya numpang hidup saja,” katanya ramah.

(Foto: merdeka.com)
Setiap hari Yati mengelilingi kawasan Tebet hingga Bukit Duri. Dia pernah kena asam urat sampai tak bisa jalan. Tapi Yati tetap bekerja, dia tak mau jadi pengemis.
“Biar ngesot saya harus kerja. Waktu itu katanya saya asam urat karena kelelahan kerja. Maklum sehari biasa jalan jauh. Ada kali sepuluh kilo,” akunya.
Juanda yang menjaga Masjid Al Ittihad terharu saat Yati bercerita mimpi bisa berqurban lalu berusaha keras mengumpulkan uang hingga akhirnya bisa membeli dua ekor kambing.
“Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil,” gumamnya.
Di tengah kemiskinan yang mendera, Yati-Maman, dua pemulung ini berqurban dua kambing–setelah dengan susah payah menabung selama 3 tahun. Bagaimana bagi yang memiliki kemampuan, tapi tak tergerak untuk berqurban? (sumber: merdeka.com)

Munarman: Penangkapan tertuduh teroris jadi komoditas politik



Mantan Ketua Dewan Pengurus Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) yang kini aktif di Front Pembela Islam (FPI) Munarman SH menilai, penangkapan para tetuduh teroris saat ini, dianggapnya hanyalah bagian dari komoditas politik.
"Isu terorisme ini sudah menjadi komoditas politik, ekonomi dan karir bagi aparat negara. Ini bisnis besar bagi promosi kenaikan pangkat dan jabatan mereka, serta memperebutkan kucuran dana asing dan prestise bagi pejabat pejabat yang dinilai berhasil oleh barat, kata Murnarman, Sabtu (27/10) seperti dikutip dari tribunnews.
Pernyataan Munarman sekaligus menganggapi banyaknya para tertuduh teroris yang ditangkap akhir-akhir ini. Munarman yang juga salah seorang Juru Bicara FPI ini tegas mengatakan, ada oknum  aparat yang menciptakan operasi klandestein untuk menciptakan teroris supaya bisa ditangkap.
Dengan maksud, katanya, agar pangkat dan jabatan mereka mendapat promosi. Selain itu, tambah Munarman,  untuk menciptakan ketakutan publik agar kucuran dana meningkat, baik dari APBN maupun negara asing.
"Dan juga mendapat pujian dari negara kafir bahwa mereka berhasil. Sekaligus, menciptakan image negatif terhadap Islam, aktivis Islam dan umat Islam. Kita tentunya masih ingat pola pola ini, infiltrasi oleh intelijen hitam dan mendesign gerakan-gerakan yang mengatasnamakan Islam, Aceh, serta berbagai aktivitas subversi pada masa Orde Baru," tegas Munarman.
Ketika itu, sambungnya, yang kemudian berujung pada penangkapan lawan politik dan yang potensial jadi lawan politik. Ini, stambahnya, selalu digunakan dan masih terus digunakan sampai saat ini. Hanya saja sekarang ini pola operasi tersebut di fokuskan pada issu terorisme.
"Korbannya anak-anak yang tak berdosa, kemudian difitnah sebagai teroris, padahal intelijen hitam yang bermain. Terutama saat ini dikomando oleh BNPT dan Densus 88)," Munarman menegaskan.(bilal/arrahmah.com)

Politik adu domba ala densus 88 dan BNPT*



Ditangkapnya 11 orang yang diduga jaringan teroris yang oleh Mabes Polri di beberapa tempat di indonesia menyeret nama organisasi Hasmi. Melalui Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Suhardi aliyus menyatakan bahwa ke sebelas orang ini terkait dengan kelompok Hasmi (Harokah Sunniyah untuk Masyarakat Indonesia).
Hasmi melalui Saifudin selaku pengurus DPP Hasmi menyatakan bahwa Hasmi yang di maksud oleh mabes polri berbeda dengan hasmi yang merupakan organisasinya, Hasmi organisasisnya merupakan singkatan dari Harokah Sunniyah untuk Masyarakat Islami dan menurut Saifudin ke sebelas yang dituduhkan terkait dengan hasmi bukan merupakan anggotanya.
Penyebutan nama Hasmi yang terkait dengan jaringan terorisme jelas cukup mengagetkan, karena Hasmi yang dikenal dengan dakwah yang secara jahriyyah yang meyerukan kepada pemurnian aqidah dan dakwahnya bersifat umum dan melalui jalur pendidikan seperti ormas Islam pada umumnya: Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Hizbut Tahrir dan ormas Islam lainya termasuk Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). Dan bukan mustahil kedepannya akan ada ormas islam yang lainnya yang akan di tarik ke kasus terorisme
Kalau kita menganalisa kenapa mabes polri khususnya densus 88 dan BNPT menyebutkan kelompok ormas Islam Hasmi bisa melahirkan beberapa kemungkinan analisa :
  1. Densus 88 dan BNPT menghendaki adanya politik adu domba terhadap ormas Islam dengan gerakan jihadis dan kelompok pejuang penegak syariat Islam, ketika ormasnya yang di cantumkan namanya sebagai kelompok teroris pasti akan berusaha mengklarifikasi. Dan harapannya bukan hanya itu tetapi juga mengharapkan agar organisasi yang dicantumkan namanya juga akan menghujat gerakan jihadis dan pejuang penegak syariat islam dan menyalahkan pergerakan yang sudah mereka lakukan.
  2. Pembentukan opini bahwa gerakan jihadis sebagai musuh bersama; pemberitaan di media tentang gerakan jihad mau tidak mau menyeret umat menjadi dua kutub. Kutub pertama adalah umat Islam yang ingin memperjuangkan syariat islam yang menghargai ijtihad yang dilakukan oleh aktivis jihad dan kelompok kedua adalah densus 88 dan BNPT yang memerangi aktivis pejuang penegak syariat Islam. Sehingga dengan penyebutan salah satu ormas Islam tersebut diharapkan akan menambah kekuatan dikubu densus 88 dan BNPT sehingga akan mencitrakan bahwa musuh gerakan jihadis bukan hanya densus 88 dan BNPT.
  3. Pemulihan nama dan citra densus 88 dan BNPT yang sudah cenderung anjlok belakangan ini. Seperti sudah di ketahui bahwa nama dan pamor densus 88 dan BNPT belakangan ini sudah anjlok, di mulai dari kasus penembakan mati para aktivis Islam yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kesalahannya sampai kasus begitu takutnya densus 88 ketika menerima tantangan dari mujahid poso yang beritanya marak di beberapa media Islam. Penagkapan 11 aktivis Islam diharapkan menjadi obat yang mujarab untuk memulihkan nama yang sudah terlanjur anjlok ini.
Analisa inilah yang membuat kita harus berhati-hati dalam bersikap, umat Islam harus hati-hati dan jangan mau untuk diadu domba, saling menyalahkan dan saling menghujat dengan politik murahan seperti ini karena inilah yang diharapkan musuh-musuh islam agar umat islam berpecah belah sehingga kekuatannya menjadi lemah dan akhirnya lemah juga upaya untuk menegakkan syariat islam.arrahmah

Adanya BNPT dan Densus 88 Membuat Marak Aksi Terorisme




Lahirnya Detasemen Khusus 88 Antiteror dan kemudian disusul Badan Nasional Penanggulangan Terorisme  (BNPT), ternyata tidak membuat aksi 'terorisme' habis. Makin hari malah kian menjadi-jadi. Pemberantasan terorisme yang sudah lebih dari 10 tahun tidak membuahkan hasil yang berarti. Banyak kalangan bertanya-tanya, ada apa sesungguhnya.

"Dalam benak saya pun penuh tanya, kenapa terorisme terus ada dan bahkan terkesan berkembang? Sudah lebih dari 10 tahun sejak proyek memerangi terorisme dijalankan, namun terorisme tidak ada habisnya," ungkap Indra, anggota Komisi III DPR, Sabtu (27/10/2012), seperti dikutip Tribunnews.

Indra meyakini adanya akar persoalan dari terorisme yang selama ini tidak terselesaikan. Menurutnya bila penanggulangan terorisme masih berorientasi proyek dana asing dan terus menyudutkan atau mengkambing-hitamkan salah satu agama atau kelompok, maka terorisme tidak akan hilang di Indonesia.

Politisi PKS itu kemudian meminta kejujuran pemerintah dalam mengungkap dan menganalisa sumber dan latar belakang tindakan terorisme.

"Oleh karena itu pemerintah harus bisa menjawab dan menjelaskan kepada kita semua beberapa gejala dan fakta selama ini. Seperti kenapa terorisme biasanya marak menjelang pemilu?" tegasnya.

"Kenapa terorisme biasanya marak menjelang datangnya pejabat dari negara donor program penanggulangan terorisme? Kenapa terorisme biasanya marak ketika ada isu atau skandal besar menguncang pemerintahan? Dan sebagainya," katanya lagi.

Apabila pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab dan dijelaskan, maka menurutnya, jangan salahkan apabila muncul agapan bahwa isu terorisme tidak akan pernah berakhir.

Masyarakat akan makin paham bahwa isu terorisme hanyalah drama yang dipertontonkan Densus 88 dan BNPT untuk meraup dana asing dengan mengorbankan saudara sebangsa. suara-islam.com

Rabu, 24 Oktober 2012

Islam: Antara Toleransi dan Bertasamuh


 
semua program kalangan LSM di Indonesia merupakan paket sponsor


Oleh: Mohammad Ismail
WACANA kerukunan antar umat beragama bukanlah hal yang baru dalam ajaran Islam. Sejak agama Islam diturunkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam nilai-nilai kerukunan sudah diajarkan dan diterapkan. Bukan hanya kepada sesama umat muslim. Bahkan kepada non-muslim pun Islam menjalin kerukunan.
Tapi, akhir-akhir ini, Islam justru disudutkan dengan berbagai macam tuduhan. Dan yang terbaru ialah “Islam bukan agama toleran” yang dilontarkan oleh LSI. Untuk itu, penulis merasa perlu menyikapi tuduhan tersebut. Adapun tulisan ini ingin mendudukkan toleransi dengan konsep tasamuh dalam Islam serta mencari benang merah perbedaan antara keduanya.
Beda Toleransi dan Tasamuh
Secara terminologi, kata “tolerance” (toleransi) sebagaimana dalam The New International Webster Comprehensive Dictionary of The English Language (1996:1320) diartikan dengan menahan perasaan tanpa protes (to endure without protest). Artinya seseorang tidak berhak protes atas argumen orang lain, meskipun itu adalah gagasan yang salah dalam keyakinan. Inilah toleransi dalam pengertian Barat.
Berbeda dengan Islam. Islam mengartikan toleransi dengan istilah “tasamuh”. Dalam kamus al-Muhit, Oxford Study Dictionary English-Arabic (2008:1120) istilah tasamuh memiliki arti tasahul (kemudahan). Artinya, Islam memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk menjalankan apa yang ia yakini sesuai dengan ajaran masing-masing tanpa ada tekanan dan tidak mengusik ketauhidan.
Dalam pandangan Harun Nasution dalam Kamus Lengkap Islamologi (2009), toleransi meliputi beberapa hal. Di antaranya yaitu : Mencoba melihat kebenaran yang ada di luar agama lain. Artinya, Harun percaya bahwa kebenaran tidak hanya ada dalam Islam, melainkan kebenaran juga ada dalam agama selain Islam. Selain itu, toleransi menurut Harun  berarti upaya membina rasa persaudaraan se-Tuhan.
Definisi Harun di atas sangat sarat akan aroma paham pluralis. Pertama, Harun ingin merelatifkan nilai kebenaran itu sendiri. Gagasan Harun ini bukanlah hal yang baru. Ia mengekor dengan ide John Hick, yang menganggap kebenaran itu relatif. Kedua, Harun juga ingin menyamakan Tuhan agama-agama. Dalam hal ini ia terpengaruh oleh Frichof Schuon yang percaya akan Tuhan agama-agama yaitu “The One”.
Lain halnya dengan Dr Yusuf al-Qaradhawi dalam Ghair al-Muslimin fii al-Mujtama’ Al-Islami yang memaknai konsep tasamuh dalam beberapa hal. Tasamuh adalah keyakinan terhadap kemuliaan manusia, apapun agamanya, kebangsaannya dan kerukunannya. Selain itu, tasamuh juga berarti keyakinan bahwa Allah Subhanahu Wata’ala memerintahkan untuk berbuat adil dan mengajak kepada budi pekerti mulia meskipun kepada orang musyrik.
Jadi, antara toleransi dalam pandangan Barat memiliki perbedaan mendasar dengan konsep tasamuh dalam Islam. Perbedaan tersebut terlihat dalam hal konsekwensi berkeyakinan dalam beragama. Toleransi ingin merelatifkan nilai-nilai kebenaran dalam beragama. Sedangkan tasamuh justru untuk meyakini akan kebenaran yang hanya berasal dari Allah Subhanahu Wata’ ala. Dari defenisi Qaradhawi ini saja ada perbedaan besar antara toleransi (dalam konsep Barat) dan Islam.
Islam Intoleran yang Tasamuh
Belum lama ini Islam kembali menjadi sorotan media massa. Kali ini Islam tidak sedang dituduh sebagai agama teroris. Tapi, Islam dianggap sebagai agama yang intoleran.
Statemen tersebut dilontarkan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI). Wacana itu merupakan kesimpulan dari hasil survei yang mereka lakukan pada tanggal 1-8 Oktober 2012. Kabarnya, survei tersebut dilengkapi dengan riset kualitatif, analisis media dan Focus Group Discussion (FGD). (antaranews.com)
Adapun survei tersebut menemukan bahwa publik (umat islam) tidak nyaman hidup berdampingan dengan orang yang berbeda agama naik 8,2 persen dari 6,9 persen menjadi 15,1 pada survei tahun 2012. Ketidaknyamanan bertetangga dengan orang Syiah sebelumnya sebesar 26,7 persen sekarang naik 15,1 persen menjadi 41,8 persen.
Sementara mereka yang tidak nyaman hidup berdampingan dengan orang Ahmadiyah naik sebesar 7,5 persen yang sebelumnya hanya 38,1 persen menjadi 46,6 persen pada 2012. Dan mereka yang tidak nyaman bertetangga dengan homoseksual pada 2005 hanya 64,7 persen kini menjadi 80,6 persen.
Artinya, bahwa mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam lebih menerima hidup bertetangga dengan orang yang beda agama daripada hidup bertetangga dengan orang Islam yang berbeda paham agama seperti Syiah dan Ahmadiyah. Jadi, muslim Indonesia sangat intoleran. Demikianlah kesimpulan dari LSI yang dimuat dalam situs resminya. (lsi.co.id)
Ini artinya, orang Islam Indonesia semakin sadar akan kebenaran agama Islam. Pasalnya, sample (muslim) bisa membedakan bahwa orang yang memiliki pemahaman berbeda dengan Islam (Syiah dan Ahmadiyah) adalah sesat dan menyesatkan. Akhirnya, mereka tidak mau hidup bersama mereka.
Dalam hal ini, wajar jika LSI mengatakan umat Islam (yang menjadi sample riset) itu intoleran. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa cara pandang menyikapi toleransi yang digunakan oleh LSI adalah toleransi model Barat yang tidak membedakan antara kebenaran dan kesesatan. Bagi Barat (yang akhirnya jadi pijakan LSI), semua harus ditolerir. Tentu akan berbeda hasilnya apabila LSI menggunakan kaca mata Islam (dalam hal ini konsep tasamuh) dalam menilai hal tersebut.
Sebagaimana disebutkan di awal, Islam memiliki konsep tasamuh atau (kemudahan). Saat LSI melakukan survei, sebenarnya umat muslim sedang menerapkan konsep tasamuh. Hal ini dapat dilihat dari data yang menunjukkan penolakan terhadap kesesatan (Homosex/Lesbian, Syiah dan Ahmadiyah). Sikap ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Yusuf Al-Qardhawi dalam Ghair al-Muslimin fii al-Mujtama’ Al-Islami (1992:53-55) yang mengatakan bahwa dalam bertasamuh, Islam harus tetap mengedepankan tauhid.
Sebab, pada dasarnya, konsep bertasamuh dalam Islam mengandung konsep-konsep yang rahmatan lil ‘alamin. Di antaranya konsep yang mengikat makna tasamuh yaitu ar-Rahmah (Kasih Sayang), QS. Al-Balad : 17, al-Salam (keselamatan), QS. Al-Furqan: 63, al-Adl (keadilan) dan al-Ihsan (kebaikan), QS. al-Nahl : 90 dan al-Tauhid (Menuhankan Allah SWT), QS. Al-Ikhlas : 1-4. Dan inilah yang sedang dipraktekkan oleh sample (Muslim).
Ini berarti jelas bahwa masyarakat yang disurvei tidak sedang menerapkan toleransi ala Barat tapi mereka bertasamuh. Dan apabila itu tidak disadari oleh LSI maka itu menunjukkan bahwa LSI tidak berimbang dalam menilai data survei. Sebab, LSI telah menggunakan kaca mata Barat untuk menilai umat Islam yang hasilnya akan selalu negatif.
Penutup
Dari paparan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa antara toleransi dan tasamuh memiliki perbedaan yang mendasar. Toleransi ala Barat merupakan sikap menahan tanpa protes meskipun dalam hal kebaikan dan kesesatan. Baik dalam hal bersosial maupun berkeyakinan.
Hal yang berbeda dengan Islam. Dalam hal bermasyarakat, Islam harus menerapkan konsep tasamuh. Artinya, Islam memberi kemudahan kepada orang lain yang tidak mengusik keimanan umat Islam.
Adapun sikap yang ditunjukkan oleh umat Islam yang disurvei –bagi penulis- adalah sudah sangat tepat dan harus tetap dijaga (bila perlu ditingkatkan). Sebab seperti itulah seharusnya hidup bertasamuh, yaitu tidak menjual tauhid dengan toleransi semu.
Jadi, prinsip toleransi yang menjadi pegangan LSI sangat bertolak belakang dengan prinsip tasamuh dalam Islam. Dengan demikian, menurut hemat penulis, jauh lebih baik bertasamuh dari pada bertoleransi. Dan satu hal yang tak kalah penting, masalah kerukunan antar umat beragama, Islam tidak perlu belajar dari Barat. Islam telah memiliki prinsip tersendiri yang tidak bisa diganti dengan model kerukunan agama lain yang selama ini terkesan mendikte kaum Muslim.
Sebagai penutup, penulis meminta kaum Muslim tidak perlu ragu. Selanjutnya juga menghimbau pihak LSI bisa bersikap adil dalam menilai sikap kaum Muslim. Itupun jika mau melakukan. Hanya saja, biasanya akan sulit. Karena biasanya semua survey dan program-program kalangan LSM di Indonesia sudah merupakan paket dari sponsor yang agendanya jelas bertolak-belakang dengan nilai Islam itu sendiri.  Wallahu a’lam bi al-shawab.*

Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana ISID Gontor
hidayatullah.com