Hidayatullah.com--Kurangnya
nilai agama di kalangan pelajar saat ini, menjadi pemicu utama
terjadinya tawuran antarsiswa sekolah yang kembali marak terjadi.
"Karena
mereka tidak memiliki pendidikan agama yang cukup, menjadikan mereka
tidak tahu cara menghormati orang tua, menghargai teman dan guru. Inilah
yang memicu terjadinya tawuran," kata Ketua Lembaga Dakwa Sekolah DPP
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Jalimudin, dalam acara forum diskusi
kelompok yang diselenggarakan DPD HTI Kota Bogor, di Kota Bogor, Sabtu
(29/09/2012).
DPD HTI Kota Bogor menggelar forum diskusi kelompok
terkait tawuran dan stigma negatif Rohis sebagai produsen teroris.
Peserta berasal dari sejumlah kalangan seperti perwakilan sekolah,
perwakilan masyarakat, Satuan Tugas Pelajar, dan organisasi masyarakat
peduli tawuran dan narkoba.
Dalam forum diskusi yang mengangkat
tema "Membongkar stigma negatif Rohis produsen teroris dan mengurai
benang kusut tawuran anak sekolah", sejumlah pemikiran tentang solusi
komprehensif penanganan tawuran secara Islami dipaparkan sejumlah
peserta.
Jalimudin mengatakan, kurangnya pendidikan agama di
sekolah karena sistem pendidikan di Indonesia menggunakan sistem
sekulerisme kapitalis. Sistem ini telah mengurangi porsi pendidikan
agama di sekolah.
"Pendidikan agama menjadi sangat penting dalam
membentuk akhlak dan moral anak-anak. Tawuran menunjukkan rendahnya
moral generasi mudah saat ini," katanya.
Hal tersebut dibenarkan
Ketua Satgas Pelajar Kota Bogor, TB Muhammad Ruchjani. Ia mengatakan,
moral anak bangsa saat ini telah rusak, khususnya mereka yang terlibat
tawuran.
Pelajar yang terlibat tawuran tidak segan-segan melawan
guru, aparat, petugas maupun orang tuannya sendiri. Tidak adanya sikap
menghargai, menghormati dan melindungi, menjadi bentuk rusaknya moral
seorang anak.
"Kami melihat kebanyakan anak-anak yang terlibat
tawuran ini merupakan anak dari kalangan menengah ke bawah. Kondisi
sosial ekonomi menyebabkan mereka minim mendapat perhatian dari orang
tua," katanya.
Selain karena rendahnya moral akibat kemiskinan,
lanjut Ruchjani, sistem pendidikan serta minimnya pengawasan dinas
terkait juga menjadi penyebab utama terjadinya tawuran pelajar.
Menurutnya,
Dinas Pendidikan harus bertindak tegas dalam mencegah tawuran, salah
satunya memberikan sanksi tegas kepada pihak sekolah dengan mengurangi
kuota rombongan belajar, serta mengeluarkan siswa yang terlibat tawuran.
"Yang
paling penting, Dinas Pendidikan harus mendata sekolah-sekolah yang
terlibat tawuran, lalu memberikan pembinaan. Data ini nantinya untuk
catatan, bila sekolah tersebut terlibat tawuran dapat diberi sanksi agar
kuota penerimaan siswa dibatasi. Selain itu, Dinas harus tegas
mengeluarkan aturan larangan penerimaan siswa yang terlibat tawuran di
sekolah manapun di Kota Bogor. Silakan dia pindah sekolah di luar Kota
Bogor," katanya.
Sementara itu, menurut salah satu perwakilan
dari SMUN 4 Kota Bogor mengatakan, upaya pihak sekolah dan satgas
Pelajar dalam menanggulangi tawuran telah optimal. Hanya saja, tidak
adanya kejujuran di lingkungan sekolah, seperti antara komite dan
sekolah. Hal ini menjadi penghalang dalam mencegah tawuran.
"Diperlukan
kejujuran masing-masing pihak. Jika kita sudah jujur, kita optimalkan
pengawasan, tawuran ini dapat diminimalisasi," katanya, seperti dimuat
Antara.
Selain itu, lanjut dia, perlu pembinaan secara
berkelanjutan, khususnya pembinaan keagamaan untuk para pelajar. Salah
satunya lewat kegiatan rohani keislaman yang kini mulai ditinggalkan.
Menurutnya,
tawuran terjadi karena belum optimalnya pemanfaatan waktu pembelajaran
siswa sehingga waktu luang dimanfaatkan untuk hal-hal negatif. Ditambah
rendahnya pendidikan agama sehingga pelajar mudah terbawa arus
pergaulan.
"Fasilitas pendidikan kita masih kurang, jam belajar
juga tidak optimal. Banyaknya waktu luang ini yang dimanfaatkan siswa
untuk berkumpul dan hura-hura. Jika jam pelajaran mereka dioptimalkan
dengan pendidikan ekstra saya yakin kegiatan siswa akan lebih positif
lagi," ujarnya.
Forum diskusi kelompok yang digelar LDS DPD HTI
Kota Bogor menghasilkan sejumlah pemikiran dan solusi-solusi
konprehensif yang diharapkan dapat mengeliminasi terjadinya tawuran.
"HTI
akan mencoba melakukan koordinasi dan mediasi dengan instansi terkait
untuk bagaimana membantu mencegah terjadinya tawuran lewat kegiatan
dakwah dan kerohanian di sekolah-sekolah. HTI juga akan melakukan
pembinaan kepada sekolah dan juga siswa secara berkelanjutan," kata
Ketua panitia penyelenggaran forum diskusi kelompok LDS HTI Kota Bogor,
Hadi.*
copas:hidayatullah.com/
49.81/4912. Telah menceritakan kepadaku Ahmad bin 'Umar bin Hafsh Al Waki'i telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudhail telah menceritakan kepada kami bapakku dari Thalhah bin 'Ubaidullah bin Kariz dari Ummu Ad Darda' dari Abu Ad Darda' dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) yang berjauhan, melainkan malaikat akan mendoakannya pula: 'Dan bagimu kebaikan yang sama.'
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar