Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Dunia
adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang salehah”
(HR. Muslim).
Seorang pria yang bijak nan pandai tentu mengidamkan seorang calon
isteri, seorang wanita yang dia yakini dapat membahagiakannya. Dia tidak
akan menjerumuskan diri ke dalam perangkap seorang wanita yang dapat
membuat lelah hidupnya, kering kerontang dari kasih sayang, serta
dipenuhi persoalan dan masalah yang membuatnya tidak merasa bahagia.
Sebaliknya, dia berusaha untuk mendapatkan wanita yang sejuk
dipandangnya, lembut dibelainya, menaunginya dengan kasih dan cinta,
meredam amarah dan gejolak yang terbawa dari luar rumah, serta mampu
mendidik anak-anak buah hatinya menjadi anak yang taat dan menyenangkan.
Itulah wanita salihah, idaman dan dambaan setiap laki-laki.
Islam, berdasarkan tuntunan dari Rasulullah saw., telah merangkai
kriteria-kriteria dari wanita yang layak menjadi pendamping hidup.
Diriwayatkan Abdullah bin Amr, Nabi saw., bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا
تَزَوَّجُوا النِّسَاءَ لِحُسْنِهِنَّ فَعَسَى حُسْنُهُنَّ أَنْ
يُرْدِيَهُنَّ وَلَا تَزَوَّجُوهُنَّ لِأَمْوَالِهِنَّ فَعَسَى
أَمْوَالُهُنَّ أَنْ تُطْغِيَهُنَّ وَلَكِنْ تَزَوَّجُوهُنَّ عَلَى
الدِّينِ وَلَأَمَةٌ خَرْمَاءُ سَوْدَاءُ ذَاتُ دِينٍ أَفْضَلُ
“Rasulullah: “Janganlah kalian menikahi wanita karena kecantikannya,
bisa jadi kecantikannya itu merusak mereka. Janganlah menikahi mereka
karena harta-harta mereka, bisa jadi harta-harta mereka itu membuat
mereka sesat. Akan tetapi nikahilah mereka berdasarkan agamanya. Seorang
budak wanita berkulit hitam yang telinganya sobek tetapi memiliki agama
adalah lebih utama.” (HR. Muslim)
Wanita yang cantik, rupawan, nan elok, tidak disangkal menjadi impian
dari kebanyakan pria. Sehingga, ketika wanita seperti itu melintas di
hadapannya, dapat dipastikan mata sang pria akan mengikuti pemandangan
tersebut sampai hilang di ujung jalan. Namun cukupkah kecantikan wanita
tersebut bagi dirinya untuk menjadi bahagia?
Hadis di atas mewanti-wanti pria yang tergoda oleh kecantikan wanita
seperti ini. Kecantikan bagi seorang wanita bisa menjadi anugerah yang
besar, ketika wanita tersebut mensyukurinya. Namun bagi wanita yang
tidak bersyukur, dia tidak menyadari bahwa kecantikan itu dapat
melalaikannya dari agama. Mengapa? Sebab, kecantikan akan mendatangkan
pujian. Pujian itu sendiri dapat menjadi candu yang memabukkan. Ketika
seseorang dimabuk pujian, maka logika akal sehat bisa terdegradasi
(berkurang). Jika sudah demikian adanya, maka bukan rahmah yang
diperoleh oleh suaminya kelak ketika telah menikah, melainkan fitnah.
Selain itu, kecantikan seseorang bersifat sementara. Kecantikan akan
berkurang dengan bertambahnya usia. Maka seorang pria yang menikahi
wanita karena faktor kecantikan bisa jadi akan berpaling ke wanita lain
yang lebih cantik setelah kecantikan itu berkurang dari wanita
pertamanya. Jika ini terjadi, maka dimulailah episode pertengkaran dan
cekcok dalam rumah tangga.
Bagaimana dengan Isteri yang Kaya?
Mendapatkan wanita yang kaya bukan hal yang tercela. Nabi saw.,
sendiri menikahi Khadijah, seorang saudagar yang kaya raya. Perkawinan
mereka langgeng dan harmonis, bahu membahu dalam bekerja dan berdakwah.
Akan tetapi, memilih untuk menikah dengan kekayaan sebagai alasan
utamanya bukan pilihan tanpa resiko. Harta kekayaan yang melimpah jika
tidak disyukuri dan tidak dimanfaatkan untuk kebaikan, justru menjadi
‘bumerang’ bagi pemiliknya. Allah berfirman:
Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
(Ibrahim: 14).
Ayat ini berlaku umum untuk pria dan wanita. Plus minus dari kekayaan
adalah ia dapat menjadi alat dan sarana untuk mendatangkan kebaikan
yang lebih banyak sekaligus dapat menjadi penyebab dari kedurhakaan.
Sebab banyaknya nikmat yang diperoleh seseorang dari Allah swt.,
berimplikasi seimbang dengan tingkat rasa syukurnya kepada Allah. Karena
itu, Nabi saw., mengajarkan doa :
“Ya Allah, curahkanlah kepada kepada kami rasa takut kepada-Mu yang
menghalangi kami dari bermaksiat kepadaMu, dan ketaatan kepada-Mu yang
mengantarkan kami kepada SurgaMu, dan curahkanlah keyakinan yang
meringankan musibah di dunia. Berilah kenikmatan kami dengan pendengaran
kami, penglihatan kami, serta kekuatan kami selama kami hidup, dan
jadikan itu sebagai warisan dari kami, dan jadikan pembalasan atas orang
yang menzhalimi kami, dan tolonglah kami melawan orang-orang yang
memusuhi kami, dan janganlah Engkau jadikan musibah kami pada agama
kami, dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai impian kami terbesar,
serta pengetahuan kami yang tertinggi, serta jangan engkau kuasakan atas
kami orang-orang yang tidak menyayangi kami”. (HR. Turmuzi)
Pilihlah Muslimah Sejati
Sebagaimana halnya muslim sejati, muslimah sejati adalah wanita yang
menjalankan perannya dalam kehidupan ini sesuai dengan ajaran Islam.
Kekayaan dan kecantikan sama sekali tidak terkait dengan kesejatian
seorang muslimah. Yang terpenting adalah bahwa wanita memiliki peran
yang sama pentingnya dengan pria dalam mengarungi samudera kehidupan
ini, dalam membina anak, menegakkan syiar Islam, atau mengamalkan Islam
secara keseluruhan.
Wanita salihah sesungguhnya adalah seorang muslimah sejati. Dia
mematuhi dan mentaati suaminya sepenuh kepatuhan dan ketaatan dalam rel
dan koridor agama. Dia mencintai suami dan anak-anaknya sebagai bagian
dari cintanya kepada Allah. Maka ketika suaminya khilaf dan menyimpang
dari ajaran agama, dialah yang pertama menegurnya dengan cara yang
halus, yang tidak menyinggung perasaan suaminya. Ketika suaminya giat
dalam bekerja dan berdakwah, sang isteri berperan sebagai “amunisi dan
bahan bakar” yang memotivasi dan mensupport secara maksimal.
Wanita yang salihah, tidak membiarkan hatinya ditumbuhi benih
pengkhianatan dan penyelewengan. Dia menutup hati dan qalbunya
rapat-rapat tanpa celah dari kekaguman dan pesona pria selain suaminya.
Bahkan kalau boleh dia meminta kepada Allah kiranya ruhnya dicabut dalam
kesetiaan dan cintanya, mendahului suaminya. Karena dia tidak ingin
kalau suaminya yang meninggal terlebih dahulu, akan datang berbagai
godaan yang merusak cinta dan setianya kepada suami.
Ciri Utama Isteri Salihah
Lalu, apa ciri-ciri utama dari seorang isteri yang salihah? Nabi saw., memberikan keterangan sebagai berikut:
“Maukah aku beritahukan kepadamu tentang sebaik-baik harta pusaka
seseorang? Yaitu wanita shalehah yang menyenangkan jika dipandang, yang
taat padanya jika disuruh, yang bisa menjaganya jika ditinggal pergi.”
(HR. Abu Daud dan al-Hakim dari Umar ra.)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّذِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ
وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِيمَا يَكْرَهُ فِي نَفْسِهَا
وَمَالِهِ
Dari [Abu Hurairah]; Rasulullah: “Wanita yang bagaimana yang paling
baik?” Beliau menjawab: “Jika ia dipandang selalu menyenangkan, jika
diperintah taat, dan tidak menyelisihinya terhadap perkara yang ia benci
bila terjadi pada dirinya (istri) atau hartanya (suami).”
Dari hadis di atas, disebutkan minimal 3 (tiga) ciri wanita (isteri) salihah, yaitu:
1. Menyenangkan jika dipandang. Tidak harus cantik nan rupawan bagi
seorang wanita untuk menyenangkan orang yang memandangnya. Kalau jiwanya
dipenuhi keikhlasan, rasa percaya dan yakin bahwa Allah menjaganya
selama dia taat, hatinya penuh dengan praduga baik (husnuzhzhann), maka
batinnya memancarkan sinyal-sinyal kasih sayang yang menyentuh hati
orang yang memandangnya, tanpa menimbulkan niat buruk. Itulah qurratu
‘ain, istilah al-Qur’an bagi isteri dan anak-anak saleh yang menjadi
penyejuk mata bagi suami atau ayahnya. Sekali lagi, bukan kecantikan
fisik yang menyenangkan untuk dipandang, tetap keindahan batin.
2. Taat jika disuruh. Seorang pria yang bijak, tidak memperlakukan
isterinya bagaikan pembantu atau pelayannya. Maka adalah sikap dan
anggapan keliru dari “perkumpulan suami-suami” yang atas nama agama,
menginginkan ketaatan dari seorang isteri, layaknya ketaatan atasan
terhadap bawahan, atau majikan terhadap buruhnya. Ketaatan yang
dimaksudkan dan diinginkan di sini adalah ketaatan yang proporsional
bagi seorang isteri dan ibu rumah tangga yang terhormat. Seorang suami
yang meminta dibuatkan the buatan tangan isterinya wajar dan wajib
ditaati. Namun jika suami menyuruh isteri untuk mengepel dan
membersihkan rumah padahal dia mempunyai atau mampu membayar pembantu,
maka ketaatan yang diminta suami di sini adalah ketaatan yang
berlebihan.
3. Menjaga amanah rumah tangganya saat ditinggal pergi. Amanah yang
harus dijaga wanita terhadap suaminnya tidak lain adalah kehormatan
dirinya sendiri, harta suaminya, serta anak-anaknya. Terkadang hal ini
menjadi sesuatu yang berat bagi seorang wanita. Adakalanya, karena suatu
tugas, seorang suami harus pergi ke luar kota atau ke luar negeri untuk
beberapa lama. Di sinilah godaan yang berat bagi seorang wanita. Jika
ia mampu menjaga amanah tersebut, maka inilah profil wanita ahli surga.
Firman Allah:
Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti
kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang
beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang
berpuasa, yang janda dan yang perawan. (Attahrim:5)
Maka engkau wahai wanita muslimah, jadilah isteri yang salihah bagi
suamimu. Jadilah ibu yang penyayang bagi anak-anakmu, dan jadilah anak
yang berbakti bagi kedua orang tuamu. Maka engkau akan hidup terhormat
di dunia, dan menjadi idola di akhirat kelak.
Oleh Dr. Saifuddin Zuhri
http://www.nuansaislam.com/
49.81/4912. Telah menceritakan kepadaku Ahmad bin 'Umar bin Hafsh Al Waki'i telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudhail telah menceritakan kepada kami bapakku dari Thalhah bin 'Ubaidullah bin Kariz dari Ummu Ad Darda' dari Abu Ad Darda' dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) yang berjauhan, melainkan malaikat akan mendoakannya pula: 'Dan bagimu kebaikan yang sama.'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar