Selasa, 23 Oktober 2012

Ciri Wanita Shalihah

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang salehah” (HR. Muslim).
Seorang pria yang bijak nan pandai tentu mengidamkan seorang calon isteri, seorang wanita yang dia yakini dapat membahagiakannya. Dia tidak akan menjerumuskan diri ke dalam perangkap seorang wanita yang dapat membuat lelah hidupnya, kering kerontang dari kasih sayang, serta dipenuhi persoalan dan masalah yang membuatnya tidak merasa bahagia. Sebaliknya, dia berusaha untuk mendapatkan wanita yang sejuk dipandangnya, lembut dibelainya, menaunginya dengan kasih dan cinta, meredam amarah dan gejolak yang terbawa dari luar rumah, serta mampu mendidik anak-anak buah hatinya menjadi anak yang taat dan menyenangkan. Itulah wanita salihah, idaman dan dambaan setiap laki-laki.
Islam, berdasarkan tuntunan dari Rasulullah saw., telah merangkai kriteria-kriteria dari wanita yang layak menjadi pendamping hidup. Diriwayatkan Abdullah bin Amr, Nabi saw., bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَزَوَّجُوا النِّسَاءَ لِحُسْنِهِنَّ فَعَسَى حُسْنُهُنَّ أَنْ يُرْدِيَهُنَّ وَلَا تَزَوَّجُوهُنَّ لِأَمْوَالِهِنَّ فَعَسَى أَمْوَالُهُنَّ أَنْ تُطْغِيَهُنَّ وَلَكِنْ تَزَوَّجُوهُنَّ عَلَى الدِّينِ وَلَأَمَةٌ خَرْمَاءُ سَوْدَاءُ ذَاتُ دِينٍ أَفْضَلُ
“Rasulullah: “Janganlah kalian menikahi wanita karena kecantikannya, bisa jadi kecantikannya itu merusak mereka. Janganlah menikahi mereka karena harta-harta mereka, bisa jadi harta-harta mereka itu membuat mereka sesat. Akan tetapi nikahilah mereka berdasarkan agamanya. Seorang budak wanita berkulit hitam yang telinganya sobek tetapi memiliki agama adalah lebih utama.” (HR. Muslim)
Wanita yang cantik, rupawan, nan elok, tidak disangkal menjadi impian dari kebanyakan pria. Sehingga, ketika wanita seperti itu melintas di hadapannya, dapat dipastikan mata sang pria akan mengikuti pemandangan tersebut sampai hilang di ujung jalan. Namun cukupkah kecantikan wanita tersebut bagi dirinya untuk menjadi bahagia?
Hadis di atas mewanti-wanti pria yang tergoda oleh kecantikan wanita seperti ini. Kecantikan bagi seorang wanita bisa menjadi anugerah yang besar, ketika wanita tersebut mensyukurinya. Namun bagi wanita yang tidak bersyukur, dia tidak menyadari bahwa kecantikan itu dapat melalaikannya dari agama. Mengapa? Sebab, kecantikan akan mendatangkan pujian. Pujian itu sendiri dapat menjadi candu yang memabukkan. Ketika seseorang dimabuk pujian, maka logika akal sehat bisa terdegradasi (berkurang). Jika sudah demikian adanya, maka bukan rahmah yang diperoleh oleh suaminya kelak ketika telah menikah, melainkan fitnah. Selain itu, kecantikan seseorang bersifat sementara. Kecantikan akan berkurang dengan bertambahnya usia. Maka seorang pria yang menikahi wanita karena faktor kecantikan bisa jadi akan berpaling ke wanita lain yang lebih cantik setelah kecantikan itu berkurang dari wanita pertamanya. Jika ini terjadi, maka dimulailah episode pertengkaran dan cekcok dalam rumah tangga.
Bagaimana dengan Isteri yang Kaya?
Mendapatkan wanita yang kaya bukan hal yang tercela. Nabi saw., sendiri menikahi Khadijah, seorang saudagar yang kaya raya. Perkawinan mereka langgeng dan harmonis, bahu membahu dalam bekerja dan berdakwah. Akan tetapi, memilih untuk menikah dengan kekayaan sebagai alasan utamanya bukan pilihan tanpa resiko. Harta kekayaan yang melimpah jika tidak disyukuri dan tidak dimanfaatkan untuk kebaikan, justru menjadi ‘bumerang’ bagi pemiliknya. Allah berfirman:
Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Ibrahim: 14).
Ayat ini berlaku umum untuk pria dan wanita. Plus minus dari kekayaan adalah ia dapat menjadi alat dan sarana untuk mendatangkan kebaikan yang lebih banyak sekaligus dapat menjadi penyebab dari kedurhakaan. Sebab banyaknya nikmat yang diperoleh seseorang dari Allah swt., berimplikasi seimbang dengan tingkat rasa syukurnya kepada Allah. Karena itu, Nabi saw., mengajarkan doa :
“Ya Allah, curahkanlah kepada kepada kami rasa takut kepada-Mu yang menghalangi kami dari bermaksiat kepadaMu, dan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami kepada SurgaMu, dan curahkanlah keyakinan yang meringankan musibah di dunia. Berilah kenikmatan kami dengan pendengaran kami, penglihatan kami, serta kekuatan kami selama kami hidup, dan jadikan itu sebagai warisan dari kami, dan jadikan pembalasan atas orang yang menzhalimi kami, dan tolonglah kami melawan orang-orang yang memusuhi kami, dan janganlah Engkau jadikan musibah kami pada agama kami, dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai impian kami terbesar, serta pengetahuan kami yang tertinggi, serta jangan engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami”. (HR. Turmuzi)
Pilihlah Muslimah Sejati
Sebagaimana halnya muslim sejati, muslimah sejati adalah wanita yang menjalankan perannya dalam kehidupan ini sesuai dengan ajaran Islam. Kekayaan dan kecantikan sama sekali tidak terkait dengan kesejatian seorang muslimah. Yang terpenting adalah bahwa wanita memiliki peran yang sama pentingnya dengan pria dalam mengarungi samudera kehidupan ini, dalam membina anak, menegakkan syiar Islam, atau mengamalkan Islam secara keseluruhan.
Wanita salihah sesungguhnya adalah seorang muslimah sejati. Dia mematuhi dan mentaati suaminya sepenuh kepatuhan dan ketaatan dalam rel dan koridor agama. Dia mencintai suami dan anak-anaknya sebagai bagian dari cintanya kepada Allah. Maka ketika suaminya khilaf dan menyimpang dari ajaran agama, dialah yang pertama menegurnya dengan cara yang halus, yang tidak menyinggung perasaan suaminya. Ketika suaminya giat dalam bekerja dan berdakwah, sang isteri berperan sebagai “amunisi dan bahan bakar” yang memotivasi dan mensupport secara maksimal.
Wanita yang salihah, tidak membiarkan hatinya ditumbuhi benih pengkhianatan dan penyelewengan. Dia menutup hati dan qalbunya rapat-rapat tanpa celah dari kekaguman dan pesona pria selain suaminya. Bahkan kalau boleh dia meminta kepada Allah kiranya ruhnya dicabut dalam kesetiaan dan cintanya, mendahului suaminya. Karena dia tidak ingin kalau suaminya yang meninggal terlebih dahulu, akan datang berbagai godaan yang merusak cinta dan setianya kepada suami.
Ciri Utama Isteri Salihah
Lalu, apa ciri-ciri utama dari seorang isteri yang salihah? Nabi saw., memberikan keterangan sebagai berikut:
“Maukah aku beritahukan kepadamu tentang sebaik-baik harta pusaka seseorang? Yaitu wanita shalehah yang menyenangkan jika dipandang, yang taat padanya jika disuruh, yang bisa menjaganya jika ditinggal pergi.” (HR. Abu Daud dan al-Hakim dari Umar ra.)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّذِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِيمَا يَكْرَهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ
Dari [Abu Hurairah]; Rasulullah: “Wanita yang bagaimana yang paling baik?” Beliau menjawab: “Jika ia dipandang selalu menyenangkan, jika diperintah taat, dan tidak menyelisihinya terhadap perkara yang ia benci bila terjadi pada dirinya (istri) atau hartanya (suami).”
Dari hadis di atas, disebutkan minimal 3 (tiga) ciri wanita (isteri) salihah, yaitu:
1. Menyenangkan jika dipandang. Tidak harus cantik nan rupawan bagi seorang wanita untuk menyenangkan orang yang memandangnya. Kalau jiwanya dipenuhi keikhlasan, rasa percaya dan yakin bahwa Allah menjaganya selama dia taat, hatinya penuh dengan praduga baik (husnuzhzhann), maka batinnya memancarkan sinyal-sinyal kasih sayang yang menyentuh hati orang yang memandangnya, tanpa menimbulkan niat buruk. Itulah qurratu ‘ain, istilah al-Qur’an bagi isteri dan anak-anak saleh yang menjadi penyejuk mata bagi suami atau ayahnya. Sekali lagi, bukan kecantikan fisik yang menyenangkan untuk dipandang, tetap keindahan batin.
2. Taat jika disuruh. Seorang pria yang bijak, tidak memperlakukan isterinya bagaikan pembantu atau pelayannya. Maka adalah sikap dan anggapan keliru dari “perkumpulan suami-suami” yang atas nama agama, menginginkan ketaatan dari seorang isteri, layaknya ketaatan atasan terhadap bawahan, atau majikan terhadap buruhnya. Ketaatan yang dimaksudkan dan diinginkan di sini adalah ketaatan yang proporsional bagi seorang isteri dan ibu rumah tangga yang terhormat. Seorang suami yang meminta dibuatkan the buatan tangan isterinya wajar dan wajib ditaati. Namun jika suami menyuruh isteri untuk mengepel dan membersihkan rumah padahal dia mempunyai atau mampu membayar pembantu, maka ketaatan yang diminta suami di sini adalah ketaatan yang berlebihan.
3. Menjaga amanah rumah tangganya saat ditinggal pergi. Amanah yang harus dijaga wanita terhadap suaminnya tidak lain adalah kehormatan dirinya sendiri, harta suaminya, serta anak-anaknya. Terkadang hal ini menjadi sesuatu yang berat bagi seorang wanita. Adakalanya, karena suatu tugas, seorang suami harus pergi ke luar kota atau ke luar negeri untuk beberapa lama. Di sinilah godaan yang berat bagi seorang wanita. Jika ia mampu menjaga amanah tersebut, maka inilah profil wanita ahli surga.
Firman Allah:
Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan. (Attahrim:5)
Maka engkau wahai wanita muslimah, jadilah isteri yang salihah bagi suamimu. Jadilah ibu yang penyayang bagi anak-anakmu, dan jadilah anak yang berbakti bagi kedua orang tuamu. Maka engkau akan hidup terhormat di dunia, dan menjadi idola di akhirat kelak.
Oleh Dr. Saifuddin Zuhri
http://www.nuansaislam.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar