
Coba jika kita ganti kata “marah” tersebut dengan “sedih“.
Hasilnya bisa dikatakan sangat bertolak belakang.
Saya contohkan satu kejadian. Biasanya saat sore hari, saya disibukkan membereskan rumah. Agar saat suami pulang, perasaan suami nyaman rumah tidak seperti kapal pecah. Saat itu, saya minta bantuan Ziyad membereskan mainannya.
“Ziyad, ayo beresin mainannya. Nanti abi sedih kalo rumahnya berantakan.”
Kata-kata ini bisa dilanjutkan dengan, “Ayo bantuin ummi. Biar dapat pahala. Kalau abi gak sedih kan Ziyad juga dapat pahala insyaAllah.”
Permainan kata-kata bisa diterapkan pada kejadian lainnya. Misalnya saat anak merusak suatu barang milik orang tua. Bedakan antara kalimat,
“Ya Allah… Abi kayanya bakal sedih deh…Nanti minta maaf ya.”
dengan kalimat,
“Ya Allah…Abi nanti marah lho!”
Dan kelanjutan kalimat bisa jadi berubah total hanya karena pilihan satu kata yang berbeda ini.
Dengan mengganti kata “sedih” pada kalimat yang biasanya menggunakan kata “marah”, yang timbul pada diri anak adalah rasa empati. Bukan rasa takut ataupun kehilangan rasa aman.
Ada yang punya ide kata pengganti lainnya :)?
***
Artikel ummiummi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar