Pria
kelahiran Sukabumi, 5 September 1957 ini belajar bertani ketika
bertugas di Timor Timur tahun 1989. Di sana, Sopyan bertugas sebagai
pengemudi tank Kesatuan Tentara Angkatan Darat. Di sela-sela tugasnya
itulah ia mencangkul untuk bertani.
Setelah ia bertugas dua puluh tahun lamanya, ia mengundurkan diri, tepatnya tahun 1997, umurnya 40 tahun, pangkatnya Kopral. Ia mundur dari tugas ketentaraan karena tergiur dengan usaha tani yang sangat menguntungkan.
Di Pagedangan, Tengerang, Banten ia mulai bertani dengan memanfaatkan lahan tidur seluas 30 ha milik Pemerintah Daerah dan Developer yang berlokasi di dekat rumahnya. Sekarang, lahan yang dikelola Sopyan mencapai 35 Ha.
Hingga tahun 2003 usaha taninya belum mebuahkan hasil keuntungan yang memadai. Menurut Sopyan setelah dipelajari ternyata yang menjadi masalah rendahnya tingkat keuntungan petani adalah panjangnya mata rantai pemasaran. Akibatnya harga yang ia terima sangat rendah dibanding harga di konsumen.
Munculnya keinginan Sopyan untuk memperpendek mata rantai pemasaran agar keuntungannya naik. Laki-laki yang beristrikan Ety Rukanlati ini mendapat ide untuk menerapkan sistem penjualan Pasar Kebun. Maksudnya, pembeli dapat dilayani atau memetik sayuran langsung di kebun.
Setelah dijalankan, ternyata sistem Pasar Kebun ini sangat menguntungkan bagi petani maupun konsumen. Bagi petani keuntungannya bertambah karena mata rantainya sudah dipangkas. Sedang konsumen memperoleh harga yang lebih murah dibanding harga pasar, sekaligus mendapatkan nilai plus karena konsumen bisa memilih dan memetik sendiri.
Pria berperawakan langsing dan kuat pun bisa tersenyum. Sistem penjualannya yakni beli 1 kg bonus 1 kg. Misalnya, bila konsumen membeli 1 kg timun dengan harga Rp 6.000,-/kg, dia mendapatkan bonus 1 kg timun. Atau pembeli hanya membayar timun seharga Rp 3.000,-/ kg. Harga itu masih jauh lebih menguntungkan. Sebab bila ia jual ke pedagang, timun itu hanya laku Rp 2.000,-/kg.
Contoh lain, kangkung bila dijual di pasar kebun harganya Rp 1.500,-/ikat dengan sistim beli 1 ikat bonus 1 ikat, sehingga harga riil satu ikat kangkung adalah Rp 750,-. Bila dijual di pasar, Sopyan hanya dapat harga Rp 300,-/ ikat.
Agrowisata
Ada untung tambahan yang didapat Sopyan dari menerapkan sistem Pasar Kebun. Dia melihat makin banyak pembeli datang. Mereka juga memerlukan makan dan minum. Sopyan melihatnya itu sebagai peluang untuk membuka warung makan dan minum di kebunnya. Maka dia pun membuka usaha Rumah Makan Bambu Kuning.
Muncul lagi peluang usaha dari sistem Pasar Kebun ini, yakni menjadi tempat pembelajaran atau wisata agro bagi anak-anak sekolah maupun masyarakat lain. Bagi anak-anak TK/SD, Sopyan memasang tarif Rp. 25.000,- per anak. Dengan biaya itu, setiap anak bisa memetik sayuran sebanyak 1 kantong plastik (senilai Rp. 5.000,-). Mereka juga mendapat penjelasan cara bercocok tanam yang baik, mudah, murah dan menguntungkan.
Jadi penghasilan H Sopyan makin hari makin meningkat. Yang dulu pada awalnya dengan luas lahan usaha 600 m2, Sopyan bisa mengantongi pendapatan Rp 2 juta/bulan, kini telah meningkat menjadi Rp 5 juta/bulan. Dengan bertambah luas dan bertambahnya jenis usaha pendapatannya kini tak kurang dari Rp 300 juta/ bulan. Dia yakin dengan cara bisnis seperti ini, akan mempercepat perkembangan usaha pertanian di tingkat desa maupun tingkat kecamatan. (**)
PROFIL
Nama : H Sopyan
Alamat : Cihuni RT 3/4 Pagedangan
Tangerang, Banten
HP : 081218193354
bangkittani.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar