Senin, 15 Oktober 2012

Rekomendasi Pemupukan untuk Tanaman Jeruk

Fenomena mutu buah jeruk nasional yang belum memuaskan dan munculnya gejala kekurangan hara pada daun yang bermuara pada kemerosotan kesehatan tanaman jeruk di beberapa sentra produksi menunjukkan bahwa usaha menjaga kesuburan lahan yang dilakukan oleh petani melalui pemupukan masih belum sesuai dengan kebutuhan tanaman.  Aplikasi pupuk tidak berimbang seperti pemberian urea berlebihan atau tanpa pupuk lain masih sering terjdi.  Akibatnya, tidak hanya mutu buah rendah (sari buah sedikit dan rasanya hambar) tetapi juga pemborosan dan bisa menimbulkan pencemaran nitrat dalam air.   Agar pupuk dapat diserap tanaman secara efisien dan efektif, sebelum memupuk perlu memahami paling sedikit 4 hal, yaitu apa saja nutrisi yang dibutuhkan, berapa dosisnya, kapan waktu dibutuhkan, dan bagaimana cara aplikasinya.
Selain air, paling sedikit ada 12 macam unsur esensial yang dibutuhkan tanaman jeruk diambil dari dalam tanah. Pertama, unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak (makro primer), meliputi nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K).  Kedua, unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak hanya pada kondisi tertentu (makro sekunder), meliputi kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan belerang (S).  Ketiga, unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit tetapi bila kekurangan akan mempengaruhi produksi dan kelangsungan hidup tanaman (mikro), meliputi besi (Fe), seng (Zn), mangan (Mn), tembaga (Cu), boron (B) dan molibdenum (Mo).
Sumber N yang banyak beredar  di pasar adalah urea, ZA dan pupuk majemuk NPK; P adalah SP36, fosfat alam dan pupuk majemuk NPK, dan K adalah ZK, KCl dan NPK.  Sumber Ca adalah SP36, fosfat alam, kapur atau dolomit yang sekaligus mengandung Mg.  Kebutuhan S lebih sedikit dibandingkan N dan biasanya bisa terpenuhi dari pemberian pupuk kandang, pupuk ZA atau ZK yang biasanya diberikan guna memenuhi kebutuhan N atau K.
Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman dipengaruhi oleh jenis/varietas, umur, hasil atau biomasa yang dihasilkan tanaman, dan faktor lingkungan.  Ada beberapa pendekatan untuk menentukan dosis pupuk, yaitu analisis tanah atau daun, percobaan lapangan pada berbagai umur tanaman, penggantian hara yang hilang untuk pertumbuhan dan hasil panen, dan gejala kasat mata. Bagi petani yang jauh dari laboratorium Ilmu Tanah dan lahannya sempit serta terpencar, pendekatan paling mudah dan sederhana adalah berdasarkan umur tanaman dan hasil panen dikombinasi dengan analisis tanah.
Rekomendasi berdasarkan umur tanaman digunakan terutama pada periode tanaman belum menghasilkan buah (TBM).   Awalnya, tanaman perlu dipupuk N lebih banyak agar pertumbuhan vegetatifnya optimal.  Saat berumur 3 tahun, tanaman mulai memasuki transisi menuju periode menghasilkan buah/dewasa  (TM) sehingga porsi P dan K ditingkatkan guna mendukung pembentukan organ generatifnya.  Walaupun tanaman muda membutuhkan dosis pupuk lebih rendah, aplikasinya harus lebih sering karena jangkaun akar untuk menyerap pupuk masih sempit/terbatas.  Pada umur 4 tahun ke atas, pupuk diaplikasikan dua kali setahun yaitu setelah panen dan empat bulan setelah pemupukan pertama
Pada tanaman dewasa (TM) yang telah melewati fase kecepatan pertumbuhan vegetatif maksimal ( > 5 tahun), dosis pupuk  bisa didekati dengan menghitung hasil panen buah.  Pendekatan ini menggunakan asumsi bahwa status kesuburan kebun telah optimal akibat dari penambahan pupuk sebelumnya.  Dalam sistem ini, hara yang terangkut panen menjadi penyebab utama terjadinya penurunan kesuburan kebun.  Agar pertumbuhan dan hasil buah tetap optimal, kesuburan kebun harus diperbaiki dengan memasukkan pupuk sebesar nutrisi yang terangkut panen ditambah kebutuhan untuk pertumbuhan vegetatif, fiksasi tanah, pelindian (leaching), penguapan, dan erosi.
Berdasarkan pendekatan ini, dosis pupuk yang harus diaplikasikan setara dengan 2 sampai 3% dari total bobot buah yang dipanen.  Setiap jenis jeruk menghendaki komposisi unsur yang berbeda, untuk jeruk siam adalah 10 N : 7 P2O5 : 2 K2O, keprok adalah 5 N : 2 P2O5 : 3 K2O, dan pamelo adalah 2 N : 1 P2O5 : 4 K2O.    Dosis tersebut dibagi dua untuk diaplikasikan setelah panen dan saat pembesaran buah (4 bulan kemudian).
Rekomendasi Pemupukan untuk Tanaman Jeruk
Saat persiapan lahan dan setiap 5 tahun sekali, tanah perlu dianalisis kesuburannya terutama pH, kandungan bahan organik, fosfor, kalium, basa-basa dapat ditukar, dan kapasitas pertukaran kation (KTK). Pengetahuan tentang status awal kesuburan tanah dan perubahan yang terjadi akibat pemupukan selama 5 tahun adalah penting guna mengoptimalkan manajemen nutrisi.  Sebagai contoh, jika pH tanah tidak netral maka semua unsur hara yang diberikan tidak dapat tersedia optimal. Selain itu, unsur hara tertentu misalnya P mempunyai sifat relatif sulit larut dan cenderung terakumulasi dalam tanah. Jika terjadi akumulasi P akan menghambat serapan Zn, dan gejala kekurangan Zn yang  muncul di daun seringkali dianggap gejala CVPD (Huang Long Bing).
Kandungan bahan organik di lahan pertanian biasanya rendah (C < 2%), kecuali tanah organik.  Kadar  C organik yang ideal untuk kebun jeruk adalah 3 – 5%.  Penambahan pupuk kandang/bahan organik secara teratur dapat meningkatkan C organik tanah yang berguna memperbaiki kesuburan fisik, kimia maupun biologi tanah, serta sebagai sumber unsur hara makro dan mikro.  Tanaman berumur 1 – 4 tahun diberi pupuk kandang sebanyak 20 – 40 kg per pohon dan selanjutnya sebanyak  40 – 60 kg per pohon.   Kotoran sapi merupakan salah satu jenis pupuk kandang yang baik untuk memenuhi kebutuhan unsur mikro. Kasus munculnya gejala defisiensi unsur mikro biasanya tidak ditemukan di kebun yang diberi kotoran sapi pada setiap akhir musim kemarau.  Sebaliknya jika diberi kotoran ayam berlebihan dapat menyebabkan defisiensi Zn karena kotoran ayam mengandung P tinggi.
Kondisi pH tanah yang ideal untuk tanaman jeruk adalah sekitar 6, karena pada pH tersebut semua unsur hara dapat tersedia optimal.  Nilai pH tanah di kebun-kebun jeruk semakin lama cenderung turun karena adanya penyerapan kation basa (K, Ca, Mg) oleh tanaman dan pelindian (leaching), serta pembentukan asam organik maupun anorganik akibat pemupukan urea, ZA, anmonium nitrat dan lain-lain.  Sebenarnya kemasaman tanah tidak secara langsung menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman, tetapi pada pH rendah (<5) konsentrasi ion mikro bisa meracuni dan Al dalam larutan bisa merusak akar tanaman.
Selain untuk menetralkan pH tanah masam, pengapuran juga berfungsi mempertahnkan ketersediaan Ca, memperbaiki struktur tanah yang bertekstur berat, memperbaiki ketersediaan unsur hara dalam tanah, menunjang aktivitas mikroba, dan melindungi akar dari keracunan Al. Jika pH tanah dibawah 5, tanah galian lubang tanam dicampur dengan 1 kg kapur dan pupuk kandang.  Untuk tanaman dewasa meskipun pH tanah netral, pemberian dolomit dosis rendah (± 1 kg/pohon) perlu dilakukan guna menjaga ketersediaan Ca dan Mg karena jumlah Ca yang terangkut buah relatif sama dengan unsur P.
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar