Kebutuhan energi berupa bahan bakar minyak (BBM) seperti bensin dan
minyak tanah semakin meningkat, sedangkan ketersediaan cadangan sumber
BBM dalam negeri sangat terbatas serta penggunaannya berdampak negatif
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Untuk itu, sangat diperlukan
sumber bahan bakar terbarukan yang praktis penggunaannya, harga relatif
murah dan ramah lingkungan. Salah satu sumber energi terbarukan adalah
biofuel dari tanaman sagu.
Kebutuhan energi berupa bahan bakar minyak (BBM) seperti bensin dan minyak tanah semakin meningkat, sedangkan ketersediaan cadangan sumber BBM dalam negeri sangat terbatas serta penggunaannya berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Untuk itu, sangat diperlukan sumber bahan bakar terbarukan yang praktis penggunaannya, harga relatif murah dan ramah lingkungan. Salah satu sumber energi terbarukan adalah biofuel dari tanaman sagu.
Sagu merupakan tanaman asli Indonesia, dengan luas areal sekitar 1,128 juta ha atau 51,3% dari luas areal sagu dunia. Daerah potensial penghasil sagu di Indonesia meliputi Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku dan Papua. Sekitar 90% areal sagu di Indonesia terdapat di Papua (Budianto, 2003). Sagu termasuk tanaman potensial penghasil pati untuk bahan baku pembuatan etanol. Pati sagu mengandung kadar amilosa 23-27%, kadar amilopektin 70-80% (Whistler dan BeMiller, 1997).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknik proses etanol absolut dari sagu skala kecil – menengah dan teknologi produksi biogas berbasis ampas sagu yang terintegrasi dengan pengolahan etanol dari pati sagu.
Hasil yang telah diperoleh antara lain (1) destilator-dehidrator sistem sinambung memiliki kapasitas olah (input)100 liter dengan menggunakan bahan etanol sagu dengan kadar alkohol 32-52 % dapat menghasilkan etanol dengan kadar 93 %, (2) bahan baku pati sagu tidak berduri memiliki rendemen dan kadar etanol lebih tinggi dibandingkan sagu berduri (3) Destilator-dehidrator sistem sinambung lebih sesuai untuk digunakan oleh kelompok tani dan usaha kecil menengah (4) Peralatan biogas dengan kapasitas olah 200 l pada fermentasi 28-35 hari telah menghasilkan biogas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif.
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Kebutuhan energi berupa bahan bakar minyak (BBM) seperti bensin dan minyak tanah semakin meningkat, sedangkan ketersediaan cadangan sumber BBM dalam negeri sangat terbatas serta penggunaannya berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Untuk itu, sangat diperlukan sumber bahan bakar terbarukan yang praktis penggunaannya, harga relatif murah dan ramah lingkungan. Salah satu sumber energi terbarukan adalah biofuel dari tanaman sagu.
Sagu merupakan tanaman asli Indonesia, dengan luas areal sekitar 1,128 juta ha atau 51,3% dari luas areal sagu dunia. Daerah potensial penghasil sagu di Indonesia meliputi Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku dan Papua. Sekitar 90% areal sagu di Indonesia terdapat di Papua (Budianto, 2003). Sagu termasuk tanaman potensial penghasil pati untuk bahan baku pembuatan etanol. Pati sagu mengandung kadar amilosa 23-27%, kadar amilopektin 70-80% (Whistler dan BeMiller, 1997).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknik proses etanol absolut dari sagu skala kecil – menengah dan teknologi produksi biogas berbasis ampas sagu yang terintegrasi dengan pengolahan etanol dari pati sagu.
Hasil yang telah diperoleh antara lain (1) destilator-dehidrator sistem sinambung memiliki kapasitas olah (input)100 liter dengan menggunakan bahan etanol sagu dengan kadar alkohol 32-52 % dapat menghasilkan etanol dengan kadar 93 %, (2) bahan baku pati sagu tidak berduri memiliki rendemen dan kadar etanol lebih tinggi dibandingkan sagu berduri (3) Destilator-dehidrator sistem sinambung lebih sesuai untuk digunakan oleh kelompok tani dan usaha kecil menengah (4) Peralatan biogas dengan kapasitas olah 200 l pada fermentasi 28-35 hari telah menghasilkan biogas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif.
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar