Rombongan yang didampingi oleh Kepala Badan Litbang Pertanian Dr.
Haryono, Kepala Puslitbang Perkebunan Dr. Moch Syakir, Kepala Balai
Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Ir. Mastur, dan para peneliti
terkait bertujuan untuk melihat secara langsung perkembangan budidaya
dan pemanfaatan kemiri sunan yang telah dilakukan oleh pesantren
tersebut.
Kemiri sunan merupakan salah satu jenis tanaman yang mengandung minyak nabati yang potensial sebagai bahan baku biodiesel. Jenis kemiri Reutealis trisperma ini dikembangkan oleh warga negara yang berasal dari Cina di daerah Tanggerang untuk memenuhi kebutuhan minyak Tung Oil pada abad ke 18. Minyak Tung Oil ini digunakan masyarakat sebagai bahan pengawet kayu terutama pada kapal-kapal phinisi.
Kemiri ini dapat dibudidayakan pada berbagai jenis tanah yang memiliki drainase baik, ketinggian tempat maksimum 700 m di atas permukaan laut, memiliki iklim dengan musim kemarau yang tegas (bulan kering 3-4 bulan) dan curah hujan 1000-2000 mm/tahun. Jenis kemiri ini mulai berproduksi pada umur lima sampai 80 tahun dengan poptensi produksi biji kering pada kisaran 80 – 125 kg/pohon/tahun setara 8 – 12,5 ton/ha/tahun. Jika dijadikan minyak kasar dapat menghasilakan 3,2 – 5 ton minyak kasar/ha/tahun.
Pengolahan minyak kasar menjadi biodiesel telah dapat dilakukan dengan teknologi esterifikasi maupun transesterifikasi yang efisien dengan rendemen biodiesel mencapai 87%, sisanya berupa gliserol. Hasil penelitian terhadap pemanfaatan mesin diesel menunjukkan biodiesel dari kemiri sunan sebanyak satu liter menghasilkan satu daya tarik air sebanyak 3 jam menggunakan mesin diesel statis berbeda dengan minyak jarak pagar yang hanya mampu selama 1½ jam sedangkan solar hanya 1 jam.
Hasil uji kinerja minyak kasar kemiri sunan pada kompor minyak nabati Protos-2 menghasilkan efisiensi panas pembakaran minyak cukup tinggi yakni 48-52% hampir mendekati efisiensi kompor elpiji 56%. Disamping sebagai bahan baku biodiesel, minyak sunan ini dapat pula diproses sabagai bahan baku untuk pembuatan vernis, cat, bahan pengawet, tinta, bio-pestisida dan lain-lain.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) dalam hal ini Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (BALITTRI) telah melakukan penelitian kemiri sunan pada beberapa bidang seperti pemuliaan, teknologi budidaya, pengendalian hama/penyakit, teknologi prosesing biodiesel serta turunannya (briket, biogas, sabun dan pupuk organik).
Dalam perkembangannya, pesantren Sunan Drajat di Jawa Timur juga telah memperkenalkan kemiri ini untuk pembuatan biodiesel. Pengembangan ini menginspirasi penanaman kemiri tersebut dengan sebutan kemiri sunan.
Kemiri sunan merupakan salah satu jenis tanaman yang mengandung minyak nabati yang potensial sebagai bahan baku biodiesel. Jenis kemiri Reutealis trisperma ini dikembangkan oleh warga negara yang berasal dari Cina di daerah Tanggerang untuk memenuhi kebutuhan minyak Tung Oil pada abad ke 18. Minyak Tung Oil ini digunakan masyarakat sebagai bahan pengawet kayu terutama pada kapal-kapal phinisi.
Kemiri ini dapat dibudidayakan pada berbagai jenis tanah yang memiliki drainase baik, ketinggian tempat maksimum 700 m di atas permukaan laut, memiliki iklim dengan musim kemarau yang tegas (bulan kering 3-4 bulan) dan curah hujan 1000-2000 mm/tahun. Jenis kemiri ini mulai berproduksi pada umur lima sampai 80 tahun dengan poptensi produksi biji kering pada kisaran 80 – 125 kg/pohon/tahun setara 8 – 12,5 ton/ha/tahun. Jika dijadikan minyak kasar dapat menghasilakan 3,2 – 5 ton minyak kasar/ha/tahun.
Pengolahan minyak kasar menjadi biodiesel telah dapat dilakukan dengan teknologi esterifikasi maupun transesterifikasi yang efisien dengan rendemen biodiesel mencapai 87%, sisanya berupa gliserol. Hasil penelitian terhadap pemanfaatan mesin diesel menunjukkan biodiesel dari kemiri sunan sebanyak satu liter menghasilkan satu daya tarik air sebanyak 3 jam menggunakan mesin diesel statis berbeda dengan minyak jarak pagar yang hanya mampu selama 1½ jam sedangkan solar hanya 1 jam.
Hasil uji kinerja minyak kasar kemiri sunan pada kompor minyak nabati Protos-2 menghasilkan efisiensi panas pembakaran minyak cukup tinggi yakni 48-52% hampir mendekati efisiensi kompor elpiji 56%. Disamping sebagai bahan baku biodiesel, minyak sunan ini dapat pula diproses sabagai bahan baku untuk pembuatan vernis, cat, bahan pengawet, tinta, bio-pestisida dan lain-lain.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) dalam hal ini Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (BALITTRI) telah melakukan penelitian kemiri sunan pada beberapa bidang seperti pemuliaan, teknologi budidaya, pengendalian hama/penyakit, teknologi prosesing biodiesel serta turunannya (briket, biogas, sabun dan pupuk organik).
Dalam perkembangannya, pesantren Sunan Drajat di Jawa Timur juga telah memperkenalkan kemiri ini untuk pembuatan biodiesel. Pengembangan ini menginspirasi penanaman kemiri tersebut dengan sebutan kemiri sunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar