Minggu, 14 Oktober 2012

Pakan Olahan Mengubah Limbah Telur Menjadi Pakan


pakan-telurSiapa bilang limbah sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi. Hal ini tidak ada dalam kamus Teguh Budiman, Sarjana Peternakan dari Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung. Limbah yang awalnya tak berguna diolah menjadi pakan yang bermanfaat dan menghasilkan rupiah yang cukup besar.
“Limbah yang saya gunakan adalah telur-telur gagal tetas,” ungkap Teguh memulai pembicaraan. Di sukabumi memang tidak sulit menemukan telur-telur gagal tetas. Di kota ini terdapat beberapa perusahan besar yang memproduksi anak ayam broiler. “Jadi, saya tidak menemukan kesulitan untuk menemukan bahan baku.” Bahan baku ini kemudian diproses dan dicampur bahan-bahan pendukung lainnya.
Telur-telur ini mengalami beberapa proses. “Telur yang sudah didapatkan, direbus dan dikeringkan. Telur ini diberikan campuran seperti dedak, bungkil kedelai, mineral, dan vitamin. “Terkadang saya menambahkan keong mas sebagai campuran istimewa.” Setelah semua diaduk rata, kemudian digiling menggunakan mesin pembuat pakan.
Dalam satu hari, teguh mampu menghasilkan pakan seberat 30 kilo. Komposisinya terdri dari 15 kilo limbah telur, 10 kilo dedak, sisanya terdiri dari bahan-bahan tambahan. Teguh menjual pakan hasil olahan dari limbah ini dengan harga yang sangat murah, yaitu Rp5.000 per kilo. Ia mengaku hanya mengeluarkan biaya produksi Rp50.000 untuk pakan yang dihasilkan dengan berat 30 kilo. Jadi ia memperoleh keuntungan bersih sekitar Rp100.000.
Menurutnya pakan ini bisa diaplikasikan untuk berbagai jenis ternak seperti ayam pedaging dan petelur, bebek pedaging dan petelur, ikan, sapi, dan ternak lainnya. Selama ini, ia memasarkan hasil produksinya di wilayah Sukabumi. “Sebetulnya permintaan pakan yang saya prosuksi sangat banyak.” Baru-baru ini ia mendapatkan pesanan dari Tasikmalaya dan Brebes. “Saya mendapatkan pesanan sebesar 2 ton per minggu dari Brebes.” Namun ia mengalami kesulitan dalam bidang permodalan. Untuk produksi pakan sebesar itu, dibutuhkan modal yang lumayan besar. Terutama modal untuk pembelian mesin produksi.
Teguh bisa bertahan dengan usahanya dan sudah bisa dibilang mapan dan matap dengan usaha yang digelutinya. Ia memiliki prinsip yang membumi. “Kita tidak harus pergi ke kota untuk mencari penghidupan.” Manfaatkan potensi yang ada di sekitar kita, maka ia akan menghasilkan materi buat kita.
Sebagai usaha tambahan, Teguh sendiri memiliki peternakan bebek petelur. Ia menawarkan inovasi baru dalam beternak bebek petelur di dalam kota. “Kita tidak harus memiliki kolam atau persawahan dalam memelihara bebek petelur.” Yang penting, menurut Teguh, bebek mendapatkan air minum yang cukup, komposisi nutrisi yang sesuai, lingkungan yang rendah amoniak, dan populasi yang sesuai maka akan menghasilkan telur yang bagus serta rutin per hari. (Iwa/ 087870210399),bangkittani.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar