Minggu, 14 Oktober 2012

Pelajaran Dari Tiga Kelaparan…

Tulisan ini saya sarikan dari bukunya Tom Keneally yang berjudul ‘Three Famines : Starvation and Politics’ (PublicAffairs, New York, NY, 2011). Buku ini mengulas tiga kelaparan besar dalam sejarah modern – khususnya dalam dua abad terakhir. Tiga kelaparan besar itu adalah di Irlandia (1845), Bengal –India (Semasa PD II) dan Ethiopia (1970-an s/d 1980-an).

Orang Irlandia makanan utamanya adalah kentang, sehingga ketika produksi kentang mereka terganggu di sekitar tahun 1845 – gejala kelaparan ini mulai muncul. Mereka saat itu sebenarnya memiliki sumber pangan lain yaitu biji-bijian dan hasil peternakan yang mestinya cukup untuk mengisi kekurangan kentang, namun biji-bijian dan hasil ternak mereka difokuskan untuk ekspor ke Inggris yang menguasai Irlandia. Walhasil rakyat Irlandia menjadi korban dari kelaparan yang sangat hebat saat itu.

Semasa Perang Dunia II, lagi-lagi imperialism barat yang diwakili oleh Inggris menyebabkan kelaparan di negeri lain. Kali ini adalah penduduk Bengal-India yang terpaksa menderita kelaparan hebat karena produksi beras yang ada digunakan untuk keperluan memberi makan tentara-tentara Inggris dalam melawan Jepang.

Di Ethiopia tahun 1970-an sampai 1980-an terjadi kelaparan yang terbesar dalam sejarah peradaban modern manusia, tetapi kali ini penyebabnya bukan karena imperialism atau kapitalisme barat – melainkan marxisme yang dipaksakan oleh pemeimpin otoriter Ethippia saat itu yaitu Mengistu Haile Mariam. Ketika lahan-lahan diambil alih oleh rezim Marxism, ternyata mereka tidak mampu mengolahnya dengan baik sehingga fatal akibatnya – produksi pertanian mereka hancur dan rakyat mengalami kelaparan yang sangat.

Dari tiga kasus di atas saja kita kini semakin yakin bahwa penyebab utama kelaparan dunia sebenarnya adalah kesalahan manusia itu sendiri ,yaitu khususnya kesalahan para penguasa. Sarana-sarana produksi itu tersedia cukup, tetapi manakala manusia yang memegang kuasa tidak mampu menjalankan amanahnya – maka rakyatlah yang menjadi korban.

Saya berharap para pemimpin membaca buku ini untuk bahan introspeksi. Bila masih ada kelaparan di negeri ini, jangan salahkan jumlah penduduk, jangan salahkan musim, jangan salahkan hama dan jangan salahkan orang lain. Introspeksi kedalam dengan melihat kebijakan, peraturan, perijinan dlsb. , mana-mana yang menjadi penghambat produksi pangan dalam negeri harus dihilangkan.

Sebagai rakyat kita juga harus menjadi rakyat yang cerdas, kritis dan mandiri tidak perlu terlalu tergantung pada kebijakan publik yang diambil para penguasa. Meskipun mereka mengijinkan produk-produk impor terus mengalir kedalam negeri ini, tidak seharusnya kebijakan ini menciutkan nyali kita untuk terus berusaha berproduksi.

Pemerintah bisa silih berganti dan kebijakan publik akan terus berubah seiring dengan arah angin perubahan, tetapi satu hal yang tidak berubah adalah rakyat perlu bahan pangan secara cakup dengan tingkat harga yang terjangkau. Inilah yang menjadi challenge Anda para pengusaha, Insyaallah Anda-pun bisa !.
geraidinar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar