Siapa tak mengenal Abdurrahman bin Auf? Salah satu dari 10 sahabat
yang dijamin mendapatkan surga. Bahkan semua Muslim pada masa sulit
seperti sekarang tentu lebih menginginkan menjadi sepertinya dan
berusaha mengikuti jejaknya sebagai kontribusi dalam Islam. Beliau
pernah menyumbangkan separuh hartanya ditambah 40.000 dinar, 500 kuda
dan 500 unta dalam satu waktu, dan menyumbangkan 50.000 dinar fii
sabilillah ketika meninggal, dan lebih banyak lagi yang beliau
sumbangkan tatkala masih hidup.
Abdurrahman bin Auf adalah ikon Muslim salih dan kaya. Kombinasi yang
tampaknya sulit kita temukan pada abad-abad terakhir. Tapi sulit bukan
berarti mustahil. Kita hanya perlu sedikit demi sedikit mempelajari
kisahnya dan berharap bisa lebih ‘salih dan kaya’ setiap harinya.
Ketika Rasulullah memerintahkan hijrah menuju Madinah, Abdurrahman
bin Auf adalah salah satu shahabat yang berhijrah tanpa harta, karena
beliau lebih memilih Allah serta Rasul-Nya dibanding harta melimpah yang
selama ini dia usahakan di Makkah.
Begitu sampai di Madinah, Rasulullah saw mempersaudarakan Abdurrahman
bin Auf dengan saudagar paling kaya di kota itu, Sa’ad bin Rabi’.
Saking bahagianya, Sa’ad bin Rabi’ yang telah mendengar kehebatan
Abdurrahman dalam berdagang langsung memperlihatkan semua tokonya pada
Abdurrahman, lalu meminta Abdurrahman memilih separuhnya. Tidak hanya
itu, Abdurrahman bahkan diminta memilih salah satu dari istri sahabatnya
Sa’ad bin Rabi’ yang paling disukainya. Subhanallah, inilah
persahabatan dalam Islam.
Namun Abdurrahman menjawabnya “Semoga Allah memberkahi hartamu dan
keluargamu, aku tidak memerlukan semua itu. Akan tetapi, tunjukkanlah
aku dimana pasar supaya aku dapat berdagang disitu”
Sa’ad bin Rabi’ pun menunjukannya letak pasar. Dan dalam waktu dekat
perniagaannya berkembang dan menikahi seorang Muslimah dengan mahar emas
seberat biji kurma. Tidak hanya itu, dia menjadi orang yang paling kaya
di Madinah setelahnya.
Dari sini ada beberapa pelajaran yang bisa kita tarik.
1. Abdurrahman bin Auf menunjukkan kepada kita bahwa modal
harta itu penting, tapi modal mental lebih penting. Mental kaya lebih
penting daripada kaya. Abdurrahman memulai dari nol dan mampu
mengumpulkan kekayaan lebih banyak karena dia memiliki mental kaya.
Mental kaya ini misalnya selalu mau memberi bukan menerima, siap dengan
kerasnya usaha, tangguh, bersungguh-sungguh dalam usaha dan meyakini
keberhasilan usahanya. Ini tergambar dari perkataannya “Seandainya aku
membalik sebuah batu, maka aku akan menemukan emas atau perak”
2. Selain mental kaya, Abdurrahman juga memahami secara
mendalam seluk beluk perdagangan secara teknis. Abdurrahman tidak hanya
memiliki mental saja, tapi dia juga menguasai pasar. Sesampainya di
Madinah, Abdurrahman dikisahkan mendatangkan minyak samin dan keju dari
wilayah lain untuk dijual di Madinah. Artinya beliau paham betul masalah
supplier dan jalur distribusi, networking, marketing, dan tentunya
selling.
3. Belajar dari Abdurrahman bin Auf yang lain, beliau meniatkan
semua hartanya untuk diinfakkan di jalan Allah semaksimal mungkin. Pada
saat perang Tabuk beliau menginfakkan 200 uqiyah emas dari hartanya ( 1
uqiyah emas = 29,75 gram emas), sehingga Umar mengkhawatirkan apakah
Abdurrahman menyisakan untuk keluarganya. Saat ditanya Rasulullah
perkara uang yang dia tinggalkan untuk keluarganya, beliau menjawab
“Mereka kutinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang
kusumbangkan.” Rasul melanjutkan pertanyaannya “Berapa?” Maka
Abdurrahman menjawab: “Sebanyak rezeki, kebaikan, dan pahala yang
dijanjikan Allah.”
Siapa yang membantu agama Allah, Allah akan membantunya. Siapa yang
memberi pinjaman kepada Allah, akan dilipatgandakan. Begitulah
Abdurrahman yang bertambah kaya karena menginfakkan hartanya fii
sabilillah. Simak perkayaan Allah dalam hal ini:
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ
أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ
تُرْجَعُونَ
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah
menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan (TQS Al-Baqarah [2]: 245)
4. Yang terakhir, Abdurrahman adalah ksatria Islam yang
istimewa, dan termasuk diantara sahabat yang mampu secara maksimal
berjuang dengan harta dan jiwanya. Mungkin kita mengetahui beliau senang
menginfakkan hartanya di jalan Allah. Tapi sedikit yang mengetahui
bahwa Abdurrahman juga maju ke medan perang. Dia tidak menganggap bahwa
harta adalah pengganti dirinya untuk maju ke medan perang. Dia
memperjuangkan surga Allah dengan harta dan jiwa. Dan Allah menggantinya
lebih banyak lagi. Sederhananya, dia menjadikan hartanya sebagai
wasilah (perantara) ibadah, bukannya sebagai tujuan
Walhasil, beginilah profil pengusaha Muslim yang layak dinanti. Yang
siap mengorbankan seluruh harta dan jiwanya di jalan Allah. Mungkin
sulit, tapi bukan berarti mustahil. Yang ada saat ini, orang yang
memiliki harta merasa bisa mengganti maksiat mereka dengan infak harta.
Atau sebaliknya, merasa perjuangannya cukup dengan jiwa saja tapi pelit
mengeluarkan harta. Semoga Allah segera mengenalkan kita profil-profil
Abdurrahman bin Auf pada zaman kita, sehingga kebangkitan Islam semakin
dekat. Semoga.
sumber:felixsiauw.com
49.81/4912. Telah menceritakan kepadaku Ahmad bin 'Umar bin Hafsh Al Waki'i telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudhail telah menceritakan kepada kami bapakku dari Thalhah bin 'Ubaidullah bin Kariz dari Ummu Ad Darda' dari Abu Ad Darda' dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) yang berjauhan, melainkan malaikat akan mendoakannya pula: 'Dan bagimu kebaikan yang sama.'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar