Hidayatullah.com—AWAL tahun lalu, rombongan Badan Penerangan Dewan Syura Pimpinan Organisasi Pembebasan Patani Bersatu (PULO) bersilaturrahmi
kepada wartawan di Gedung Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Jakarta.
Selain berilaturahmi, rombongan pejuang PULO berbagi cerita tentang
kisah penindasan rezim Buddha-Thailand terhadap umat Islam di Patani.
Abu Jihad yang datang bersama lima rekannya dari pengasingan
bercerita tentang sikap pemerintahan baru rejim Thai pimpinan Yingluck
Chinawatra kepada Muslim Patani.
Semenjak Yingluck naik tahta
sebagai perdana menteri 6 Agustus 2011 lalu, justru menambah pasukan
darurat militernya. Akibatnya, sejuta kisah pilu perlakuan terhadap kaum
Muslim pun terjadi.
"Perampokan, pemboman, penembakan terhadap
Muslim Melayu terus berjalan. Juga pemerkosaan terhadap anak-anak
kemudian mereka dipaksa memakai narkoba," kata Abu Jihad kepada media
ini.
Sebelum kedatangan mereka, Kamis, (16/12/2011) , Mukhtar
Kila (47), seorang tokoh pejuang Muslim Patani bahkan ditembak oleh 4
orang pria yang diduga didalangi oleh penjajah Thailand.
Mukhtar
Kila langsung meninggal dunia di tempat kejadian. Sedang pelalu yang
mencoba melarikan diri ikut terbunuh ditembok tentera Thailand.
Tragedi pembunuhan Allahyarham Mukhtar Kila ini telah menambah satu lagi sejarah pedih perjuangan rakyat Melayu Islam Patani.
Pemerintah
Thailand senantiasa mencurigai pihak pejuangan aktivis-aktivis Melayu
Islam Patani, baik daripada golongan akademik, ulama ataupun anak-anak
muda Muslim.
Kisah Mukhtar Kila ini mengingatkan kejadian masa
lampau tentang pembunuhan secara rahasia dan licik terhadap seorang
aktivis pengacara bernama Som Chai (Abang Jinluck) yang senantiasa
membela pemuda-pemuda Muslim Patani di pengadilan.
Kesultanan Islam
Patani adalah negeri Melayu yang terletak di
tanah genting Kra, selatan Thailand. Namun kini, di wilayah itu telah
terpecah menjadi 3 propinsi, yaitu Patani, Yala dan Narathiwat.
Istilah
Patani yang dipakai dalam tulisan ini merujuk pada Patani di masa lalu,
saat belum dipecah menjadi tiga propinsi. Di era kejayaan Sriwijaya,
Patani dan kerajaan-kerajaan kecil lainnya yang terdapat di daerah
Semenanjung Melayu dan Sumatera berada dalam kekuasaan Sriwijaya. Dari
abad ke-7 M hingga awal abad ke-13 M, Sriwijaya menguasai jalur
pedagangan di Selat Malaka, dan menarik pajak dari para pedagang yang
lewat dan berdagang d kawasan itu.
Pada abad ke-11 M, Islam sudah
mulai tersebar luas di Patani. Seiring perkembangan, kemudian Raja
Patani, Phya Tu Antara masuk Islam dan berganti nama menjadi Sultan
Ismail Syah Zhillullah fi al-Ardl.Pada abad ke-13 M,
Patani ditaklukkan oleh kerajaan Ayuthaya (Siam). Pada abad ke-15,
hampir keseluruhan wilayah Patani telah memeluk agama Islam. Dalam
perkembangannya, kemudian banyak lahir ulama-ulama besar dari daerah
ini, di antaranya adalah Syaikh Daud al-Fattani. Dengan tersebarnya
Islam secara luas di Patani, maka kemudian terbentuk dua wilayah
kebudayaan di kawasan tanah genting Kra, yang dibedakan oleh dua agama:
Islam dan Budha.
Tahun 1785 M, Pasukan Siam (Ayuthaya) di bawah
pimpinan Phraya Chakri kembali menyerang Patani. Perang yang kelima ini
berlangsung dalam waktu lama, walaupun akhirnya Patani mengalami
kekalahan pada bulan November 1786 M. Kekalahan ini benar-benar
menghancurkan harkat dan martabat rakyat dan kerajaan Patani. Saat itu,
berdasarkan cerita dalam Hikayat Kerajaan Melayu Patani, digambarkan
kebrutalan pasukan Siam terhadap rakyat Patani.
Seorang pejabat
Inggris, Sir Francis Light yang baru tiba di Pulau Pinang, menulis surat
12 September 1786 kepada jenderal Inggris Lord Cornwallis di India.
Dalam surat itu, Light menceritakan mengenai kekejaman tentara Siam di
Patani. Laki-laki, perempuan dan anak-anak yang tidak berdosa diikat
kaki dan tangan mereka, kemudian dihempaskan ke tanah dan diinjak-injak
sampai mati dengan gajah.
Tahun 1826 M, Inggris mengakui
kekuasaan Siam atas Patani yang ujunya melahirkan kebijakan Thesaphiban,
di mana diwajibkan menghapus sistem pemerintahan kesultanan Melayu di
Patani. Sejak penghapusan kesultanan Melayu tersebut, kerajaan Patani
semakin lemah dan tertekan. Konsul Inggris di Songkhla saat itu, W.A.R.
Wood mengatakan bahwa, rakyat Patani telah menjadi korban dari
pemerintahan kerajaan yang salah atur (misgoverned).
Patani
mencapai zaman keemasan selama pemerintahan Ratu Kuning. Digambarkan,
perdagangan internasional sangat ramai, sehingga setiap malam pelabuhan
Patani selalu diterangi cahaya lampu dari kapal-kapal pedagang .
Namun
tahun 1651 M, terjadi perebutan kekuasaan yang melahirkan kekacauan dan
konflik yang meyebabkan Patani tenggelam dalam kemunduran hingga
ditaklukkan oleh Ayuthaya pada pertengahan abad ke-17 M.
Adanya
perjanjian antara Inggris dengan Thailand, Patani diposisikan bagian
dari Thailand. Sedangkan Perlis dll, menjadi bagian dari jajahan Inggris
(sekarang Malaysia). Muslim Patani tidak mempunyai pilihan, mereka
dipaksa menjadi bagian dari kerajaan Siam (Thailand). Sejak itu terjadi
pergolakan di daerah Patani hingga saat ini.
Patani yang merdeka
Sebagai upaya mengembalikan kerajaan Melayu Muslim dan mendorong terbentuknya “Patani Darussalam”
(mencita-citakan kembali kesultanan Islam yang merdeka yaitu seperti
tahun 1457 sampai 1902) maka tahun 1968 dirintislah Patani Bersatu atau
Patani united Liberation Organization (PULO) di deklarasikan di
Pakistandan disahkan oleh para ulama Patani di Arafah. Gerakan ini
digagas oleh almarhum Kabir Abdurrahman, yang juga sahabat dekat
almarhum M Natsir.
PULO digerakkan para penggagasnya di
pengasingan. Termasuk dari Damaskus, Suriah. Beberapa organisasi
pembebasan Patani lain juga ikut menggerakkan. Di antaranya Barisan
Nasional Pembebasan Patani (BNPP), Barisan Revolusi Nasional yang
digagas Ahmad Bong, kawan mantan proklamator Indonesia, Sukarno.
Semenjak
kelahirannya, organisasi ini sentiasa mendorong perjuangan rakyat
Patani ke arah tercapainya masyarakat Melayu Islam Patani yang lebih
baik. Perjuangan ini merangkum berbagai aspek; khususnya politik dan
diplomasi, di samping aspek-aspek lain yang merangkum di dalam dan luar
negara. Tujuan perjuangan ini adalah untuk mencari penyelesaian terhadap
isu-isu dan masalah yang dihadapi oleh rakyat Patani agar mendapat
penyelesaian dan kedamaian yang abadi. Karenanya, masyarakat Melayu
Patani sendiri berharap bisa menyuarakan hasrat dan keinginan mereka
sendiri.
Namun pemerintah Thailand memposisikan gerakan PULO
sebagai “pemberontak”. Akibatnya, tak ada lagi dialog dan pembicaraan
dari hati-hati antara pemerintah pusat dengan kaum Muslim, khususnya di
pengasingan. Sikap pemerintah Thailand yang egois ini akhirnya
melahirnya banyak prasanangka pada kaum Muslim dan pendekatan
militeristik.
Kejadian menyedihkan 25 Oktober 2004, ketika 84
Muslimin meninggal dunia, Provinsi Narathiwat, Thailand akibat mati
lemas setelah lebih 1.300 orang dijejalkan ke dalam kendaraan-kendaraan
selama sekitar enam jam oleh aparat Thailand.
Kekerasan terhadap
Muslimin oleh penguasa Thailand seperti ini bukan barang baru. April
sebelumnya, militer Thailand bahkan pernah menyerbu sebuah masjid dan
mengakibatkan tewasnya 108 orang. Sejak Januari 2004, sedikitnya 400
Muslim meninggal atas kekerasan yang dilakukan penguasa Thailand.
Menurut
statistik dari Kepolisian Kerajaan Thailand, telah 3.029 warga sipil
tewas atas serangan aparat sejak Januari 2004 sampai Mei 2009.
Meski
demikian, upaya kaum Muslim untuk ambil bagian terus dilakukan.
Misalnya ketika tahun 2011 --sebelum Pemilu Thailand yang berlangsung
pada 3 Juli 2011-- Allahyarham Mukhtar Kila mendirikan partai yang
dinamakan Partai Keadilan (Pracha-Tham). Partai ini mengharapkan
mewakili suara masyarakat Melayu Islam Patani di wilayah-wilayah Patani
melalui proses demokrasi yang sah dan resmi.
Hingga saat ini, ada 5
propinsi masih berbahasa Melayu yaitu : Patani, Yala, Menara
(Narathiwat) Stul dan Senggora (Sungkla). Bukan tiga propinsi
sebagaimana banyak ditulis media.
Sebelum Pemilu Thailand 2011, Mukhtar Kila pernah diwawancara oleh
wartawan, dan memberitahu bahwa ia dan teman-teman seperjuangannya
sangat bersyukur dan gembira karena dia dan rekan-rekan seperjuangannya
dapat melahirkan partai yang mewakili masyarakat Melayu Islam Patani dan
bertujuan untuk membela hak-hak orang Melayu Patani.
Alkisah,
Partai Keadilan (Pracha-Tham) merupakan partai orang Melayu Islam yang
pertama kali dalam sejarah Patani di bawah pemerintah tangan besi
Thailand.
Dengan tertubuhnya partai Keadilan, Mukhtar Kila mampu
berkampanye dan berinteraksi dengan masyarakat secara terbuka serta
berani menyampaikan hasrat dan tujuan lahirnya partai tersebut.
Tepat
3 Juli 2011 Kila dicalonkan sebagai kanidat untuk bertanding menjadi
wakil rakyat di wilayah Menara (Narathiwat). Malangnya, ia gagal dalam
Pemilu tersebut. Meski demikian, Kila tidak berputus asa karena wawasan
dan misi partai tersebut telah disampaikan kepada Masyarakat.
Sayang, sebelum cita-citanya menjadikan Muslim berjaya di bumi Patani, Kila telah meninggalkan perjuangan akhir Desember lalu.
Tanggal
(23/12/11) polisi Thailand mengabarkan telah menangkap 5 orang
tersangka penembak Kila, yang umumnya anak-anak berusia 18-26 tahun di
District Bendang Setar, Provinsi Yala.
Kila lahir tahun 1964 di
Kg. Gelaung Gajah, Tanjung Mas, Menara (Narathiwat). Selain pernah
menyelesaikan di University Ramkamheng Bangkok ia juga pernah belajar di
Australia. Semasa belajar di Bangkok, ia sempat menjadi Ketua
organisasi Pelajar Islam Patani di Bangkok.
Semoga Allah Subhanahu Wata’ala menempatkan
Kila dalam barisan para Syuhada, dan mudah-mudahan semangat
perjuangannya tetap memberi inspirasi dan kesabaran pada Muslim Patani
lain.*/abj
Keterangan foto: Foto Kila & musibah tewasnya 84 umat Islam tahun 2004
copas:hidayatullah.com
49.81/4912. Telah menceritakan kepadaku Ahmad bin 'Umar bin Hafsh Al Waki'i telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudhail telah menceritakan kepada kami bapakku dari Thalhah bin 'Ubaidullah bin Kariz dari Ummu Ad Darda' dari Abu Ad Darda' dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) yang berjauhan, melainkan malaikat akan mendoakannya pula: 'Dan bagimu kebaikan yang sama.'
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar